Kamis, 04 Desember 2008

KESALAHAN EJAAN KHUSUSNYA DALAM MEDIA CETAK

KESALAHAN EJAAN KHUSUSNYA DALAM MEDIA CETAK
Oleh : Adi Libertia


1. Latar Belakang Masalah
Bahasa Melayu semenjak Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 telah diangkat dan naik kedudukannya menjadi bahasa persatuan/nasional. Setelah kemerdekaan Indonesia, bahasa Indonesia yang diangkat dan berasal dari bahasa Melayu, secara resmi dijadikan bahasa negara sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV Pasal 36. Akan tetapi, hingga saat ini bahasa Indonesia oleh masyarakat pemakainya masih banyak yang belum menuruti syarat-syarat penggunaan bahasa yang baik dan benar, terutama media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Dengan kata lain, kesalahan dalam penggunan bahasa Indonesia masih banyak kita temukan.
Era teknologi dan informasi saat ini telah mempermudah kita untuk mendapatkan berbagai macam informasi yang kita perlukan. Dengan adanya internet kita dapat mendapatkan informasi dalam hitungan detik. Namun, media yang merupakan sarana belajar dan informasi masih banyak menggunakan bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidahnya. Kita dapat lihat di televisi, sebuah tayangan stasiun swasta seperti MTV, dimana bahasa Indonesia telah dicampuradukkan dengan bahasa asing, sehingga maksud dan maknanya sudah tidak jelas lagi. Media cetak pun tak ketinggalan, banyak bahasa-bahasa slank (pergaulan) yang menjadi bahasa pengantar dalam tiap rubrik ataupun kolom-kolom yang ada pada media cetak tersebut.

1.1 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah kesalahan penggunaan bahasa dalam aspek ejaan, antara lain :
a. Penggunaan huruf kapital;
b. Penulisan kata;
c. Dan penggunaan tanda baca.

1.2 Tujuan
Penelitian bertujuan meneliti kenyataan penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa oleh masyarakat kaum terpelajar dan kaum jurnalis. Sebagai bahan penelitian diambil sebagai sample tajuk rencana Koran Republika, Kompas dan Media Indonesia. Dengan batasan pada bulan juni 2007 yaitu edisi minggu ke-3. Sebagai dasar

2. Kajian Teori
Media massa adalah salah satu sarana pengungkapan buah pikiran (ide), kejadian, dan peristiwa sehari-hari dengan menggunakan alat komunikasi bahasa. Namun, hingga saat ini ternyata masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa tersebut. Seperti telah dikemukakan pada bagian pendahuluan, hal itu diduga antara lain karena penulis berita atau redaktur media massa merupakan individu-individu yang dwibahasawan
Bahasa (kata) berupa lambang dari rangkaian bunyi-bunyi yang diartikulasikan. Kata adalah abstraksi dari benda-benda atau segala sesuatu yang ada. Dengan demikian, bahasa erat hubungannya dengan berpikir. Menurut Affandi (1971:218), bahasa dan berpikir berkembang bersama-sama sehingga sukar memperkatakan soal bahasa tanpa menyebut soal berpikir dan pikiran. Hal ini sesuai pula dengan pendapat Delakroi (dalam Chauchard (1976, XXVI, 2:36) yang mengatakan bahwa “Pikiran membentuk bahasa dan membentuk diri lantaran bahasa”
Menurut Jakson, ada dua macam bentuk penggunaan bahasa, yakni penggunaan bahasa dengan batas-batas tertentu dan penggunaan bahasa dengan usaha sendiri (dalam Chauchard 1977, XXVI, 12:372). Yang dimaksud dengan yang pertama ialah penguasaan bahasa dengan ekspresi otomatis yang telah dipelajari dan dikuasai sejak kecil. Ekspresi ini sudah tersusun dalam pola-pola dan formula-formula tertentu. Klisenya sudah ada dalam pikiran. Jenis penguasaan seperti ini terdapat dalam penguasaan bahasa kebanyakan orang dalam bahasa ibunya, dan sudah mendarah daging baginya.
Jenis yang kedua terdapat pada penguasaan bahasa yang dikehendaki dan direkayasa yang sifatnya intelektual. Hal ini terlihat misalnya pada penggunaan bahasa pada waktu mencipta suatu hasil karya, makalah dan sejenisnya. Dalam menciptakan hasil karya itu orang dengan sengaja mencari, membentuk, dan menemukan konstruksi frasa, dan mengkombinasikannya dengan frasa-frasa yang telah terekam dalam benaknya sehingga dapat digunakan membentuk buah pikiran yang luwes, jelas, dan terang, serta baik dan benar.
Namun, sering kali terjadi, baik pada media elektronik maupun media cetak, secara tidak sadar pemakai bahasa atau kaum jurnalis menggunakan bahasa yang memperlihatkan penyimpangan dan kesalahan tata bahasa. Penyimpangan itu dapat terjadi pada struktur ejaan, misalnya penggunaan huruf kapital, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca. Kekurangcermatan berbahasa ini semua, disamping disebabkan oleh kaum jurnalis banyak yang masih kurang terampil berbahasa Indonesia yang baik dan benar, juga kurang berdisiplinan mereka dalam menggunakan menggunakan bahasanya.
Bahkan kesalahan tersebut dapat terjadi secara berulang-ulang. Pengulangan kesalahan terjadi karena kekurangsadaran dan kekurangtahuan si penulis berita tersebut tentang kesalahan yang diperbuatnya. Dia kurang sadar akan kesalahan tersebut karena frasa-frasa otomatis yang telah dikuasainya sejak kecil dari bahasa ibunya lebih dominan dan terlalu mempengaruhi keadaan berbahasanya. Dia kurang tahu dan kurang mengerti tentang kesalahan yang telah diperbuatnya karena daya intelektual penguasaan bahasanya yang kurang sehingga menyebabkan kegiatan berpikirnya dan berbahasa tidak sinkronis.

3. Pembahasan
Data menunjukkan bahwa terdapat kesalahan-kesalahan pada pemakaian ejaan, bentuk dan pilihankata, dan struktur kalimat. Dalam bab ini akan disajikan temuan tentang kesalahan pemakaian ejaan atau ketidaktaatan penerapan kaidah ejaan, antara lain, tampak pada pemakaian huruf capital, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Berikut ini saya sajikan kasus-kasunya.

3.1 Pemakaian Huruf Kapital
Masalah pemakaian huruf kapital, antara lain, berkaitan dengan penulisan kata pertama pada awal paragraf. Data memperlihatkan bahwa kata-kata pertama sering ditulis seluruhnya dengan huruf kapital, baik pada Koran Kompas maupun pada Koran Republika dan Media Indonesia. Misalnya :
LIBUR sekolah ajaran ini baru saja kita ketahui;
BELAJAR dari pengalaman tahun lalu, maka pengaturan lalu lintas untuk pemudik dilakukan dengan lebih cermat;
TETAPI, kalau kita kaji lebih dalam sasaran perjuangan Kartini…….
Pemakaian huruf kapital pada penulisan semua kata awal paragraf itu diduga berkaitan dengan penciptaan identitas surat kabar tersebut. Padahal, sebagai media massa yang baik, seharusnya mereka tidak menciptakan sesuatu yang terlalu menyimpang dari kaidah penulisan karena pemakaian huruf kapital seluruhnya. Menurut kaidah EYD, huruf kapital dipakai pada huruf awal setiap kata dalam judul tulisan, artikel, atau karangan berikutnya adalah pemakaian huruf awal nama diri yang ditulis dengan nama kecil. Sebaliknya huruf awal nama jenis ditulis dengan huruf kapital. Berikut ini adalah beberapa contoh kesalahan tersebut.
(1) Sementara itu, perkiraan import beras alternatif dalam tahun anggaran 2007/2008 adalah sehitar 3,2 ton;
(2) …disaksikan oleh Direktur Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB),…;
(3) Mereka mengharapkan partai berlambang Banteng itu akan benar-benar “mendengus”.
Salah satu butir kaidah ejaan menyatakan bahwa huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Pada kalimat (2), unsur kedua pada bentuk ulang nama badan (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tidak ditulis dengan huruf kapital. Demikian juga bentuk tahun anggaran pada contoh kalimat (1) seharusnya ditulis dngan hurf kapital karena tahun anggaran yang dimaksud pada konteks tertentu (2007/2008) dan merupakan nama diri. Sebaliknya, kata banteng pada contoh kalimat (3) adalah nama jenis yang penulisannya seharusnya dengan huruf kecil saja. Berikut ini adalah contoh penulisan yang benar.
(1a) Sementara itu, perkiraan import beras alternatif dalam Tahun Anggaran 2007/2008 adalah sehitar 3,2 ton;
(2a) …disaksikan oleh Direktur Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),…;
(3a) Mereka mengharapkan partai berlambang banteng itu akan benar-benar “mendengus”.

3.2 Penulisan Kata
Kesalahan penulisan kata, baik kata turunan maupun gabungan/kata masih terdapat dalam media massa walaupun tidak telalu banyak. Hal ini disebabkan, antara lain, oleh ketidakkonsistenan penerapan kaidah ejaan. Kesalahan penulisan kata masih kita jumpai, seperti pada kalimat-kalimat berikut.
(1) Yang harus kita garisbawahi pada kesempatan ini adalah…
(2) Petugas polisi dan keamanan Australia sering kali bertingkah dan bertindak…
Pada contoh kalimat (1) penulasn garisbawahi diserangkaikan, sedangkan penulisan sering kali pada contoh kalimat (2) dipisahkan atau tidak diserangkaikan. Sesuai dengan kaidah ejaan, penulisan bentuk dasar yang berupa gabungan kata hanya jika pendapat awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya, sedangkan jika hanya mendapat akhiran saja seperti kata garis bawahi harus ditulis terpisah. Lain halnya dengan bentuk sering kali, bentuk ini harus ditulis serangkai dengan gabungan kata tersebut sudah dianggap padu benar seperti halnya kata bagaimana, bilamana, padahal, acapkali, manakala, dan barangkali. Dibawah ini adalah contoh penulisan yang benar.
(1a) Yang harus kita garis bawahi pada kesempatan ini adalah…
(2a) Petugas polisi dan keamanan Australia seringkali bertingkah dan bertindak…
Kekeliruan atau kesalahan penulisan kata depan atau preposisi masih juag terdapat dalam media massa, seperti pada kalimat-kalimat berikut.
(3) … disamping harga minyak goreng yang naik di seluruh wilayah Indonesia khususnya pulau jawa …
(4) Namun, dilain pihak, Presiden sebagai kepala pemerintahan …
(5) … di antaranya, menyangkut perihal …
Dalam contoh kalimat (3)–(5) bentuk di merupakan kata depan, bukan awalan. Oleh karena itu, penulisan kata depan pada kata-kata dalam kalimat tersebut harus dipisahkan dari kata yang mengikutinya. Jadi, penulisan yang benar adalah sebagai berikut.
(3a) … di samping harga minyak goreng yang naik di seluruh wilayah Indonesia, khususnya pulau jawa …
(4a) Namun, di lain pihak, Presiden sebagai kepala pemerintahan …
(5a) … di antaranya, menyangkut perihal …

3.3 Pemakaian Tanda Baca
Kesalahan atau kekeliruan pemakaian tanda baa, antara lain, meliputi pemakaian tanda titik, tanda koma, dan tanda pisah. Dibawah ini adalah uraiannya satu per satu.

3.3.1 Pemakaian Tanda Titik
Data menunjukkan bahwa kesalahan atau kekeliruan pemakain tanda titik terdapat pada penulisan gelar akademik seperti pada kata-kata berikut.
(1) … Senin lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika DR. Muhammad Nuh, M. SC mengigatkan kepada …
(2) Dalam Konteks ini, Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalata, SH menyatakan …
(3) Mimbar Dra Pia Alisjahbana dalam televisi belum lama ini …
Penulisan gelar akademik pada ketiga kalimat (1)—(3) tidak sesuai dengan kaidah ejaan. Menurut kaidah, penulisan setiap unsur singkatan gelar akademik harus dengan tanda titik dan antara satu gelar dengan gelar lainnya diikuti spasi. Jadi, penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan adalah sebagai berikut.
(3a) … Senin lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika DR. Muhammad Nuh, M. Sc. .mengigatkan kepada …
(4a) Dalam Konteks ini, Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalata, S.H. menyatakan …
(5a) Mimbar Dra. Pia Alisjahbana dalam televisi belum lama ini …

3.3.2 Pemakaian Tanda Koma
Kesalahan pemakaian tanda koma adalah kesalahan yang cenderung tinggi ditemukan dalam data media cetak. Hal ini disebabkan, antara lain, oleh ketidak konsistenan dalam penerapan kaidah tanda baca atau sebagai akibat pengaruh ragam bahsa lisan.
Data yang ditemukan menunjukkan bahwa kesalahan tersebut tampak pada pemakaian tanda koma untuk keterangan tambahan, keterangan aposisi, bagian terakhir kalimat yang mengandung rincian, ungkapan penghubung intrakalimat, dan ungkapan penghubung antar kalimat. Setelah itu, kesalahan pemakaian tanda koma juga terdapat didalam struktur kalimat majemuk, yaitu dua kalimat setara. Sebelum anak kalimat dan sebagai penyulih konjungsi bahwa. Dibawah ini akan paparkan kesalahan-kesalahan pemakaian tanda baca koma.
1.) Penghilangan Tanda Koma
A. Penghilangan Tanda Koma pada Keterangan Tambahan
Penghilangan tanda koma pada keterangan tambahan seperti terdapat ada kalimat berikut.
(1) Impian panjang mereka selama 25 tahun kini menjadi nyata.
Selama 25 Tahun pada kalimat diatas merupakan frasa keterangan tambahan. Menurut kaidah ejaan, penulisan frasa keterangan tambahan seperti itu sebaiknya diapit oleh tanda koma sehingga penulisannya tampak pada kalimat dibawah ini.
(1a) Impian panjang mereka selama 25 tahun kini menjadi nyata.

B. Penghilangan Tanda Koma pada Keterangan Aposisi
Penghilangan tanda koma pada keterangan aposisi, misalnya, tampak pada kalimat berikut ini.
(2) Ketika itu, Bagir Manan Ketua Mahkamah Agung (MA) melaporkan kepada Presiden …
Contoh tersebut adalah kalimat yang mengandung keterangan aposisi, yaitu Ketua Mahkamah Agung (MA) menurut kaidah ejaan, diapit oleh tanda koma. Perbaikannya seperti terlihat pada kalimat dibawah ini.
(2a) Ketika itu Bagir Manan, Ketua Mahkamah Agung (MA) melaporkan kepada Presiden …

C. Penghilangan Tanda Koma pada Ungkapan Penghubung Antarkalimat
Kasus penghilangan tanda koma pada ungkapan penghubung antarkalimat sangat tinggi frekuensi pemakaiannya di dalam data. Berikut ini adalah contoh penghilangan tnda koma pada ungkapan penghubung antarkalimat.
(3) Bahkan ada yang sama sekali tidak menghiraukan lagi …
Kalimat yang mengandung ungkapan penghubung antarkalimat, yaitu bahkan yangdisajikan tanpa diikuti tanda koma. Sesuai dengan kaidah ejaan, penulisan ungkapan penghubung antar kalimat harus diikuti tanda koma. Berikut penulisan yang benar.
(3a) Bahkan, ada yang sama sekali tidak menghiraukan lagi …

D. Penghilangan Tanda Koma pada Ungkapan Penghubung Intrakalimat
Ketidakkonsistenan pemakaian tanda koma sebelum ungkapan penghubung intrakalimat tamapak pada contoh berikut.
(4) Penampilan luarnya amat mengesankan tetapi mutu akademiknya rendah.
Menurut kaidah ejaan, pemakaian ungkapan penghubung intrakalimat, seperti tetapi terdapat pada kalimat majemuk setara harus didahului oleh tada koma. Dalam contoh tersebut tidak ada tanda koma sebelum penghubung intrakalimat tersebut. Oleh karena itu, sesuai kaidah ejaan, sebelum kata tetapi diberi tanda koma sehingga penulisan yang benar sebagai berikut.
(4a) Penampilan luarnya amat mengesankan, tetapi mutu akademiknya rendah.

2.) Penambahan Tanda Koma
A. Penambahan Tanda Koma Sebelum Unsur Predikat
Data juga memperlihatkan bahwa penambahan tanda koma di antara unsur subjek dan predikat merupakan masalah yang lain pula sehubungan denagn tanda koma terutama apabila slah satu atau kedua unsur tersebut berupa frasa nomina panjang.
(5) Bangsa Afganistan selalu berhasil mengusir pasukan penduduk asing, justru sering gagal menata hubungan harmonis diantara mereka sendiri.
Bangsa Afganistan selalu berhasil mengusir pasukan penduduk asing pada contoh kalimat berfungsi sebagai subjek kalimat yang berupa frasa nominal yang panjang. Penambahan tanda koma di antara unsur subjek dan predikat, seperti pada contoh, kemungkinan akibat pengaruh ragam bahsa lisan yang dimaksud dengan tanda jeda. Menurut kaidah ejaan, pemakaian tanda koma dalam konteks ini tidak benar (harus dibuang). Penulisannya yang benar adalah sebagai berikut.
(5a) Bangsa Afganistan selalu berhasil mengusir pasukan penduduk asing justru sering gagal menata hubungan harmonis diantara mereka sendiri.

B. Penambahan Tanda Koma pada Dua Klausa Setara
Penambahan tanda koma di antar dua klausa setara terdapat pada pemakaian bahasa Indonesia di media surat kabar; pada contoh kalimat dan bagian kalimat berikut ini.
(6) Cara mengatasinya adalah dengan meninjau ulang semua peraturan yang ada, dan memperbaikinya.
Contoh tersebut mengandung ungkapan penghubung intrakalimat dan. Ungkapan penghubung itu berfungsi menghubungkan dua klausa yang mengikutinya. Tanda koma sebelum ungkapan penghubung dan tersebut sebaiknya dihilangkan karena hanya ada dua klausa yang dihubungkan. Sebaliknya, apabila terdapat lebih dari dua klausa yang dihubungkan, tanda koma perlu dicantumkan. Denagn demikian, penulisan yang benara adalah sebagai berikut.
(6a) Cara mengatasinya adalah dengan meninjau ulang semua peraturan yang ada dan memperbaikinya.

C. Penambahan Tanda Koma Sebelum Anak Kalimat
Contoh data berikut merupakan contoh kasus yang lain sehubungan dengan kesalahan pemakaian tanda koma. Kalimat berikut merupakan kalimat majemuk bertingkat.
(7) MOU ini dipandang telah menguntungkan Indoesia, karena Indonesia mendapat …
Contoh kalimat diatas berpola induk kalimat diikuti anak kalimat. Menurut kaidah ejaan, tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengikuti induknya. Dalam contoh terdapat pemakaian tanda koma diantara anak kalimat karean Indonesia mendapat .... Jadi, pemakaian atau penambahan tanda koma tersebut tidaklah sesuai dengan kaidah ejaan. Oleh karena itu, tanda koma tersebut harus disunting. Berikut ini adalah penulisan yang benar.
(7a) MOU ini dipandang telah menguntungkan Indoesia karena Indonesia mendapat …
3.) Tanda Koma Sebagai Penyulih Konjungsi Bahwa
Didalam penelitian ini ditemukan pula pelesapan konjungsi bahasa yang disulih dengan tanda koma. Data seperti itu sangat tinggi frekuensi pemakaianny dalam media cetak. Perhatikan contoh berikut :
(8) Dalam keterangannya kepada pers, Menteri Sekretariat Negara Hatta Rajasa mengemukakan. Presiden dengan tegas membantah pendapat …
Presiden dengan tegas membantah pendapat … pada contoh merupakan klausa anak kalimat dari bagian kalimat itu. Seperti yang dinyatakan dalam buku pedoman ejaan, anak kalimat yang mengikuti induk kalimat tidak dipisahkan tanda koma. Sehubungan dengan itu, tanda koma yang terdapat pada contoh rupanya berfungsi sebagai penyulih konjungsi bahwa pada anak kalimat tersebut. Sebagai kalimat majemuk bertingkat, kehadiran konjungsi bahwa sebelum anak kalimat justru wajib. Jadi, penulisannya yang benar adalah sebagai berikut.
(8a) Dalam keterangannya kepada pers, Menteri Sekretariat Negara Hatta Rajasa mengemukakan bahwa Presiden dengan tegas membantah pendapat …

3.3.3 Pemakaian Tanda Pisah
Kesalahan pemakaian tanda pisah yang bermakna ‘sampai dengan’ masih juga terdapat dalam media massa cetak walaupun jumlahnya masih sedikit.
(0a) Rakernas itu berlangsung tanggal 21 – 23 Mei lalu di Jakarta dan …
(1a) … Peningkatan setiap tahunnya rata-rata 5,5% selama tahun 2006 - 2007 …
Contoh tersebut adalah bagian kalimat yang di dalamnya terdapat tanda pisah. Maksud pemakaian tanda pisah tersebut sudah benar, yaitu untuk diletakkan di antara dua bilangan yang bermakna ‘sampai dengan’. Hanya saja, cara menyatakannya tidak benar. Sesuai dengan kaidah ejaan, pengetikan tanda pisah dalam konteks itu harus dinyatakan dengan dua buah tanda hubung, tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. Dengan demikian, kedua contoh bagian kalimat itu kekurangan satu buah tanda hubung. Menurut kaidah pula tandapisah (--), yang panjangnya dua kali tanda hubung, boleh dipakai untuk konteks makna ‘sampai dengan’. Oleh karena itu, penulisan yang benar adalah sebagai berikut.
(1a) Rakernas itu berlangsung tanggal 21--23 Mei lalu di Jakarta dan …
(2a) … Peningkatan setiap tahunnya rata-rata 5,5% selama tahun 2006--2007 …

3.3.4 Pemakaian Tanda Petik
Contoh di bawah ini mengandung kesalahan pemakaian tanda petik.
(1) Pada kesempatan lainnya Ketua Komisi B DPRD DKI itu pernah mengungkapkan, adalah keliru jika Perda DKI dalam hal ini berhitung untung rugi …
(2) … bahwa pemerintah seakan-akan ingin “membuldoser” atau mencekoki DPR dengan RUU-RUU yang diajukannya.
Pada contoh kalimat (1) terdapat kalimat langsung, tetapi penyajiannya tidak menggunakan tanda petik. Kesalahan penyajian kalimat langsung itu menimbulkan kesan seakan-akan kalimat itu menjadikalimat tak langsung. Sesuai dengan kaidah ejaan, kalimat langsung itu harus disajikan dengan menggunakan tanda petik seperti pada perbaikan kalimat (1a). berikut dari segi pemakaian, terdapat kekeliruan besar tidak tampilnya tanda petik tersebut karena hal itu dapat ditafsirkan sebagai kalimat jurnalis (bukan kalimat narasumber).
Lain halnya dengan data pada contoh bagian kalimat (2), tanda petik digunakan untuk mengapit kata asing buldoser. Di dalam bukum pedoman ejaan dinyatakan bahwa tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Jadi, pemakaian tanda petik pada bagian kalimat itu tidak benar. Penulisan yang benar adalah menghilangkan tanda petik dan merangkaikan imbuhan mem- dengan kata buldoser menjadi satu kata seperti pada perbaikan bagian kalimat (2a) berikut.
(1a) Pada kesempatan lainnya Ketua Komisi B DPRD DKI itu pernah mengungkapkan, “Adalah keliru jika Perda DKI dalam hal ini berhitung untung rugi …”
(2a) … bahwa pemerintah seakan-akan ingin membuldoser atau mencekoki DPR dengan RUU-RUU yang diajukannya.
4. Simpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah penulis lakukan pada Koran Republika, Kompas, dan Media Indonesia, ternyata masih banyak memperlihatkan kesalahan, pada aspek ejaan yang meliputi pemakaian huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
Berikut ini saya utarakan beberapa hal yang berupa kesimpulan dari penelitian tersebut.
a. Penulisan kata pertama pada awal paragraph banyak ditulis dengan huruf kapital seluruhnya. Diuga gaya penulisan yang salah ini berkaitan dengan penciptaan identitas secara spesifik surat kabar bersangkutan. Padahal, sebagai media massa yang baik, seharusnya mereka tidak menciptakan sesuatu yang terlalu menyimpang dari kaidah penulisan karena penggunaan huruf kapital seluruhnya yang tidak sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia.
b. Huruf awal nama diri ada yang ditulis dengan kuruf kecil. Sebaliknya, huruf awal nama jenis ditulis huruf kapital.
c. Pengetikan tanda pisah ditulis dengan hanya satu tanda hubung dan dengan spasi.
d. Penulisan kalimat lansung ditulis seolah-olah kalimat tidak langsung, yani dengan menghilangkan tanda petik pada awal dan akhir kalimat.
e. Tidak digunakan tanda koma sebagai pengapit keterangan sisipan.
f. Tidak digunakan tanda koma pada keterangan aposisi.
g. Penghilangan tanda koma juga sangat tinggi frekuensinya pada (sesudah) ungkapan pengantar penghubung.
h. Hal yang sama juga terjadi (sebelum) kata ungkapan penghubung intrakalimat.
i. Penghilangan tanda koma terdapat juga pada (sebelum) rincian terakhir.
j. Sebaliknya, dari butir (h, e, i) terjadi penggunaan penggunaan tanda koma yang salah pada kalimat sebelum unsur predikat.
k. Pembubuhan tanda koma yang salah terdapat diantara unsur subjek dan predikat. Hal ini mungkin akibat pengaruh ragam bahasa lisan yang disamakan dengan tanda jeda.
l. Pemakaian tanda koma yang salah terdapat juga pada (sebelum) anak kalimat.
m. Pemakaian tanda koma yang salah juga terdapat sebagai peyulih konjungsi bahwa.
Mudah-mudahan kesimpulan penulis dapat memberikan manfaat untuk perbaikan media massa cetak dalam penggunaan ejaan yang benar sesuai kaidah bahasa Indonesia. Dan khususnya kita sebagai mahasiswa sebagai pengguna sekaligus pemerhati penggunaan bahasa Indonesia untuk lebih disiplin dan kritis dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sehingga kesalahan-kesalahan serupa tidak terulang lagi.

DAFTAR RUJUKAN

Djabarudi, Slamet. 1991. Peningkatan Kualitas Bahas Media Massa. Jakarta : Pusat Pembinaan dan PEngembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Susanto, Astrid S. 1978. Bahasa Indonesia sebagai Sarana Komunikasi. Jakarta : Pusat Pembinaan dan PEngembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Umari, Darius. 1991. Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Berita Radio. Jakarta : Pusat Pembinaan dan PEngembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dra. Rusmiati, M.Hum. 2007. Handout Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Jakarta : STIA LAN.

Anlisis Novel Nayla

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Masalah dan Tema

Karya sastra mengandung gagasan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Gagasan ide, atau pikiran yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Tema dibedakan menjadi dua yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor adalah tema yang dominan, sedangkan tema minor adalah masalah yang merupakan cabang dari tema mayor.

Tema menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun ada banyak makna yang dikandung, dan diteruskan oleh cerita itu, maka masalahnya adalah makna khusus yang mana dapat dinyatakan sebagai tema itu.

Untuk menemukannya, tema harus disimpulakan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu. Tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita dan tema selalu berkaitan dengan pengalaman terhadap manusia.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tema adalah dasar cerita, gagasan sentral, atau makna yang dikandung oleh suatu cerita. Tema dalam karya sastra selalu berkaitan dengan kehidupan manusia.

B. Masalah-masalah

Pengertian masalah sering disamakan dengan istilah tema, padahal kedua istilah itu berbeda pengartian. Masalah merupakan sarana untuk membangun tema sehingga timbul beberapa masalah yang mendukung tema. Bernagai masalah dalam novel Nayla dikelompokkan menjadi lima masalah pokok, yaitu kekerasan anak dalam keluarga, pelecehan seksual, keluarga yang tidak harmonis, kenakalan remaja, dan penyimpangan norma.

1. Masalah Kekerasan Anak dalam Keluarga

Nayla selalu mendapatkam perlakuan yang tidak harmonis dari ibunya semenjak ia kecil. Nayla sering mendapat perlakuan kasar, Nayla sering ditusuk vaginanya dengan peniti. Bahkan Nayla pernah dijemur di atas seng dan diolesi kotoran manusia disekujur tubuhnya bila Nayla melakukan kesalahan sekecil apapun. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

“Dan ketika peniti yang menurut ibu sudah sekecil itu ditusukkan ke selangkangannya, ia akan mengapit rapat-rapat kedua pahanya. Terisak. Meronta. Membuat ibu semakin murka,” (Nayla, 2005: 1).

“Saya dipukuli ketika menumpahkan sebutir nasi. Tidak rap, kata ibu. Yapi yang saya lihat disekolah, anak lain kerap menumpahkan tidak hanya sebutir nasi, namun segepok nasi berikut dengan lauknya tanpa dipukuli maupun diomeli ibumya. Saya dijemur di atas seng yang panas terbakar terik matahari tanpa alas kaki karena membiarkan pensil tanpa kembali menutupnya. Tidak bertanggung jawab, kata ibu. Tapi yang saya lihat di sekolah, anak lain kerap membiarkan pensil mereka tak berpenutup dan orang tuanya dengan suka rela mencarikan dan menutupnya. Saya dipaksa mengejan sampai berak lantas diikat dan tahinya direkatkan dengan plester disekujur tubuh juga mulut saya karena ketahuan tidak makan sayur.” (Nayla, 2005: 112-113).

2. Masalah Pelecehan Seksual

Saat kecil, Nayla mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh Om Indra yaitu pacar ibu Nayla. Nayla tidak bisa berbuat apa-apa saat Om Indra memperkosa, Nayla hanya diam dan menerimanya demi ibu, karena ibu Nayla mencintai Om Indra. Nayla berpikir, semuanya itu sebagai wujud berbaktinya seorang anak kepada ibu.

“Saya takut mengatakan apa yang pernah dilakukan Om Indra kepada saya. Padahal saya ingin mengatakan kalau Om Indra sering meremas-remas penisnya di depan saya hingga cairan putih muncrat dari sana. Bahkan ketika kami sedang sama-sama nonton televisi dan ibu pergi sebentar ke kamar mandi, Om Indra kerap mengeluarkan penisnya dari dalam celana hanya untuk sekejap menunjukkan kepada saya. Om Indra juga sering datang ke kamar ketika saya belajar dan menggesek-nggesek penisnya ke tengkuk saya. Begitu ia mendengar langkah ibu, langsung ia pura-pura mengajari saya sehingga membuat ibu memandang kami dengan terharu. Dan pada akhirnya, Om INdra tidak hanya mengeluarkan ataupun menggesek-gesekkan penisnya ke tengkuk saya, ia memasukkan penisnya itu ke vagina saya.” (Nayla, 2005: 113).

3. Keluarga yang Tidak Harmonis

Sejak kecil Nayla, tidak pernah mendapatkan kasih saying dari sang ayah. Saat masih dalam kandungan sang ayah meninggalkan ibu Nayla begitu saja tanpa mengurus ataupun mendiskusikan terlebih dahulu tentang perceraian. Sejak keci Nayla hanya dirawat oleh ibunya. Setelah awal dewasa Nayla ikut dengan ayahnya. Pada suatu hari Nayla dikirim ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika oleh ibu tirinya karena ibu tiri Nayla tidak mau merawat Nayla setelah ayah Nayla meninggal.

“Ia meninggalkan kita begitu saja ntanpa mengurus atau pun mendiskusikan masalah perceraian. Aku yang merawatmu dengan penuh ketegaran sejak kamu berada dalam kandungan” (Nayla, 2005: 6).

“Ya, jadi bagaimana caranya supaya Nayla bias ikut rehabilitasi di sini?”

“Prosedurnya mudah saja, Bu. Ibu tinggal mengisi formulir dan membuat laporan. Yapi karena Bu Ratu bukan ibu kandungnya, Bu Ratu haris melampirkan surat persetujuan dari orang tua Nayla. Ayahnya kan sudah meninggal, jadi kami butuh surat persetujuan dari ibu kandung Nayla” (Nayla,2005: 137).

4. Kenakalan Remaja

Setelah dapat melarikan diri dari rumah perawatan anak nakal dan narkotika, Nayla mencari teman-teman Nayla yang sudah keluar terlebih dahulu dari rumah perawatan anak nakal dan narkotika. Karena himpitan ekonomi dan untuk melangsungkan hidup, Nayla dan teman-temannya berencana merampok taksi. Nayla menjadi anak jalanan.

“Setelah berhasil melarika diri dari rumah perwatan gila itu, saya sempat gila beneran, memang. Saya bergabung dengan anak-anak bina yang duluan keluar. Kami tidur di terminal. Kami ikut malak orang. Ngrampok taksi. Berantem keluar masuk Polsek.” (Nayla, 2005: 53).

5. Penyimpangan Norma

Dalam novel Nayla terdapat masalah penyimpangan norma, hal ini dapat dilihat pada hubungan Nayla dengan Juli. Juli merupakan seorang perempuan. Hubungan sesama jenis meruoakan penyimpangan norma khususnya bagi bangsa Indonesia.

“Nayla menggelitik Juli hingga keduanya terjatuh dari ranjang ke lantai karpet. Kulit telanjang merekamerapat. Mereka bergulat. Saling menyentuh dan meraba. Saling mengecup dan menjilat. Saling memberi dan menerima.” (Nayla, 2005: 81-82).

C. Tema Mayor

Dari masalah-masalah tersebut, yaitu masalah kekerasan anak dalam keluarga, masalah keluarga yang tidak harmonis, masalah pelecehan seksual, dan masalah penyimpangan norma, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tema novel Nayla adalah keluarga yang tidak harmonis dan kekerasan anak dalam keluarga serta pelecehan seksual pada saat kecil mengakibatkan seorang anak melakukan penyimpangan-pentyimpangan norma dan kenakalan remaja.

BAB II

ANALISIS FAKTA-FAKTA CERITA

A. Pengertian Alur

Stanton (dalam Nurgiyantoro, 1995: 113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa-peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

Suminto (1998: 7) menyimpulkan bahwa plot atau alur fiksi hendaknya diartikan tidak hanya sebagai peristiwa-peristiwa yang diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian peristiwa, tetapi lebih merupakan penyusunan yang dilakukan oleh penulisnya tentang peristiwa-peristiwa tersebut berdasarkan hubungan-hubungan kasualitasnya. Struktur plot sebuah fiksi dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu awal, tengah dan akhir.

Tasrif (dalam Lubis 1978: 10) mengemukakan tahap-tahap perkembangan alur secara rinci sebagi berikut

a. Situation merupakan penggambaran suatu keadaan

b. Generating Circumstances merupakan bagian yang menunjukkan peristiwa-peristiwa mulai bergerak.

c. Rising Action merupakan bagian yang memperlihatkan puncak dari peristiwa-peristiwa yang mulai memuncak

d. Climac merupakan bagian yang memperlihatkan puncak dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi sejak dari bagian situation

e. Deneement merupakan bagian yang ditandi oleh adanya pemecahan soal dari semua peristiwa

Dalam penyusun kelima bagian alur tersebut ada bermacam-macam cara. Apabila peristiwa-peristiwa yang berhubungan sebab akibat itu dapat disusun secara berurutan (a-b-c-d-e) atu dari depan ke belakang disebut alur lurus atau progresif atau kronologis. Apabila peristiwa tidak disusun secara bertahap atau tidak urut disebut alur regresif atau sorot balik atau flash back.

Ditinjau dari segi akhir cerita dikenal adanya alur terbuka dan tertutup. Disebut alur tertutup apabila pengarang memberi kesimpulan cerita kepada pembaca dan disebut alur terbuka jika pembaca dibiarkan untuk menentukan apa yang diduga mungkin akan menjadi.

Novel Nayla terbagi menjadi tujuh bagian, setiap bagian dibagi lagi menjadi beberapa bagian. Untuk memudahkan pembahasan mengenai plot novel Nayla ini dibagi dengan angka 1 menandai bagian satu, angka 1 menandai bagian dari 1, dan huruf A dan seterusnya menandai peristiwa yang ada di dalamnya.

1. I. Memilih Peniti

Ibu Nayla selalu menusukkan peniti keselangkangan bahwa vagina Nayla masih mengompol diusianya yang menjelang 10 tahun. Kini tak ada satu penitipun yang membuat Nayla gentar dan gemetar, ia malah menantang dengan memilih peniti yang terbesar.

Memilih Juli atu Laki-laki

Nayla lebih memilih mencintai Juli daripada laki-laki yang menginginkan selaput dara saja. Juli adalah seorang perempuan yang pecinta sesama jenis, dia bekerja sebagai juru musik di diskotek.

Memilih Ayah atau Aku

Ibu Nayla membujuk Nayla supaya tetap tinggal dengan ibunya. Semenjak dalam kandungan Nayla sudah ditinggallkan ayahnya, dia dibesarkan dan dirawat oleh ibunya.

II. Ke Rumah Ayah

Nayla bolos sekolah untuk pergi ke rumah ayahnya bersama teman-temannya diantar seorang perempuan muda, perancang busana terkenal.

Ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika

Nayla dimasukkan ke rumah perawatan anak nakal dan narkotika. Nayla panik karena dia merasa tak punya kasus, bukan anak nakal dan bukan pengguna narkoba. Tak ada satupun keluarga yang menjenguknya.

Ke Rumah Ibu

Nayla datang kerumah ibunya dan ibunya mengira Nayla menenggak obat. Nayla datang setelah ayahnya meninggal. Ibu Nayla tidak menghendaki kehdiran Nayla karena Nayla sudah memilih untuk tinggal bersama ayahnya, ibunya merasa tersakiti dengan pilihan Nayla.

III. Catatan Harian Ibu Lina

Ibu Lina merasa ada yang tidak beres dengan keluarga Nayla karena tak ada satu keluargapun yang menjenguk, Nayla juga tidak pernah mengaku walaupun dipukul dengan rotan.

Catatan Harian Nayla

Nayla bingung dengan keadaan yang sekarang, dia bingung mau menulis apa.

Catatan Harian Nayla

Nayla merasa tetap asing walaupun sudah dua bulan tinggal bersama ayahnya. Tapi dia merasa tenang, buktinya Nayla berhenti mengompol. Sakit yang diderita ayahnya dan pekerjaan yang harus diselesaikan ayahnya membuat Nayla jarang bertemu dengan ayahnya.

Catatan Harian Ibu Lina

Ibu Lina merasa dikhianati karena Nayla kabur disaat Ibu Lina yang jaga. Ibu Lina bisa saja dipecat karena hal itu.

Catatan Harian Ibu Lina

Ibu Lina merasa sedih juga lega karena akan berpisah dengan Nayla. Ibu Lina merasa lega karena Nayla akan berkumpul dengan keluarga barunya.

Catatan Harian Nayla

Nayla merasa senang karena dapat menghirup udara kebebasan, selama tiga bulan terkurung di dalam barak. Nayla merasa tidak enak dengan Ibu Lina. Nayla membenci ibu tirinya karena telah menjebloskan Nayla. Nayla tinggal di rumah Luna, anak bina yang lebih dulu bebas. Rencananya Nayla dan teman-temannya akan merampok taksi.

2. I. Telepon

Nayla telepon dengan Olin, Ben dan Bencong. Nayla janjian buat makan malam dengan Ben. Selang beberapa saat Nayla tidak dapat dihubungi, Ben bingung terhadap Nayla yang tidak dapat dihubungi.

II. SMS

Nayla memergoki Ben dengan cewek cantik. Ben SMS Nayla berusaha menyakinkan Nayla bahwa tidak ada apa-apa antara Ben dengan cewek itu. SMS Ben tidak pernah direspon oleh Nayla, Ben marah dengan sikap Nayla.

III. Cerita Pendek

Nayla membuat cerita pendek yang berjudul Laki-laki Binatang. Isi dari cerita pendek itu yaitu seorang perempuan yang bernama Djenar tinggal dengan ibnya. Ibu Djenar sangat mahir dalam menaklukan binatang, berbeda dengan Djenar. Ibu Djenar hanya butuh beberapa hari untuk memberi pelajaran kepada laki-laki binatang.

IV. Email

Nayla mendapat beberapa email mengenai cerpen yang dia tulis. Bermacam-macam respon yang dia dapat. Ada yang berisi pujian, kritik dan saran.

3. I. Surat Untuk Nayla

Nayla mendapat surat dari Juli. Juli memutuskan Nayla, dia menginginkan hidup tenang, meninggalkan dunia malam dan ingin menjadi pengajar. Hidup langgeng dengan kekasih yang bisa menerima Juli.

Surat Untuk Ibu

Nayla menulis surat untuk ibunya tetapi surat itu tidak pernah dia kirimkan. Surat itu berisi tentang kehidupan Nayla setelah keluar dari rumah perawatan anak nakal dan narkotika. Serta rasa kangen Nayla terhadap ibunya.

Surat Untuk Ayah

Nayla menulis surat untuk ayahnya dan surat itu ditanam di dalam kuburan. Surat itu berisi tentang isi hati Nayla terhadap ayahnya. Nayla merasa bingung setelah ayahnya meninggal, dia sangat terpukul. Karena sangat bingung Nayla tidak dapat menangis, dia hanya tertawa. Nayla tidak berani sedih atau marah karena Nayla takut ia murka.

II. Diskotek

Malam itu Juli mabuk berat, tak ada yang memainkan lagu kemudian Nayla mengambil alih tetapi itu bukan bidang Nayla, banyak pengunjung yang kecewa tetapi semua itu dapat diatasi. Malam itu Nayla yakin, hatinya memilih Juli.

Kamar Kos

Kondisi kas Nayla sangat memprihatinkan. Juli ingin lebih tau siapa Nayla dan Juli ingin melindungi Nayla dan ingin memperbaiki kehidupan Nayla setelah dia melihat kondisi kos Nayla.

Hotel

Juli ingin merayakan satu minggu hubungan Juli dengan Nayla. Rencana Juli tidak berjalan mulus karena mood Nayla yang sudah turun. Malam itu untuk pertama kalinya Juli dan Nayla berjalan berdua dimuka umum, mereka berjalan menuju lobby hotel. Juli meminta Nayla untuk tinggal bersama Juli dengan memberikan cincin untuk Nayla.

III. Taksi

Nayla dan teman-temannya yaitu Luna, Maya dan Yanti beraksi untuk merampok taksi. Nayla gugup, sopir taksi pun mulai curiga tiba-tiba taksi berbelok dan berhenti di Polsek Jakarta Barat.

Polsek

Nayla dan teman-temannya berada di Polsek karena dicurigai akan merampok taksi. Mereka ditanya oleh polisi. Mereka dapat bebas dengan uang tebusan dari ibunya Maya.

Terminal

Nayla hidup di jalanan, tak punya tempat tinggal dan uang sedikitpun. Nayla tidur di terminal, mencari makan dan putung rokok dari tong sampah.

4. I. Tentang Seks

Nayla menulis yang isinya tentang seks, mitos antara seks perempuan dan laki-laki. Nayla pertama kali melakukan hubungan seks diusia sembilan tahun.

Tentang Pelecehan Seksual

Saat bersama dengan Ben, Nayla menulis tentang pelecehan seksual yang dialami perempuan. Nayla dan Ben berantem karena Ben mengkritik tulisan Nayla yang tidak ada gurunya. Nayla marah besar.

Tentang Pornografi

Terdapat cerpen yang nama tokohnya sama seperti Nayla. Isi cerpen itu mengarah ke hal-hal yang porno karena tokoh yang namanya Nayla mengisap penis dan mengisap air mani ayahnya.

II. Ibu dan Laki-laki

Nayla dan ibunya peri ke pertokoan, Nayla menemani ibunya untuk bertemu dengan Om Billy. Ibu Nayla hanya menginginkan uang Om Billy. Setelah Om Billy pergi, ibu lalu menemui Om Deni. Ibu Nayla juga hanya menginginkan uang Om Deni karena yang dicintai ibu hanyalah Om Indra.

Saya dan Laki-laki

Selain berhubungan dengan Juli, Nayla juga berhubungan dengan laki-laki lain tetapi itu dilakukan Nayla secara kucing-kucingan. Juli tidak mau cerita dan tubuh Nayla dibagi-bagikan dengan laki-laki maupun perempuan manapun.

Juli dan Laki-laki

Juli menginginkan Nayla untuk berhenti menari karena Juli cemburu terhadap laki-laki yang menikmati tubuh Nayla. Kebencian Juli terhadap laki-laki makin menjadi-jadi. Juli benci dengan jiwa laki-laki yang mengalir di dalam tubuhnya yang perempuan.

III. Pasca Putus dengan Juli

Nayla putus dengan Juli dan Nayla merasa kehilangan. Nayla merindukan kehadiran Juli. Terlintas dipikiran Nayla untuk mengakhiri hidupnya tetapi Nayla tak dapat mengambil keputusan untuk mati walaupun kepalanya sudah dipenuhi dengan teori tentang kematian dan cinta.

Pasca Putus dengan Ben

Ben akhirnya meninggalkan Nayla karena Ben tidak kuat dengan sikap Nayla. Nayla merasa kehilangan, sendiri dan gagal. Tetapi Nayla tidak ingin jatuh terpuruk. Nayla menangis, dia menahan diri untuk tertawa. Tak ingin apapun, siapapun, membuatnya terkesan lagi bagi orang gila.

Pasca Putus dengan Om Indra

Ibu Nayla putus dengan Om Indra karena kedapatan menggauli pembantu yang hamil padahal Ibu Nayla sangat mencintai Om Indra. Ibu Nayla sangat kuat dalam menghadapi hidup, sering Nayla disiksa tanpa sebab yang jelas. Nayla takut mengatakan apa yang pernah dilakukan Om Indra kepada Nayla. Om Indra telah melakukan pelecehan seksual kepada Nayla.

5. I. Interview 1

Nayla melakukan interview mengenai cerpen yang Nayla tulis, sejak kapan Nayla menulis, inspirasi Nayla, tema yang kebanyakan tentang seks yang Nayla tulis.

Interview 2

Nayla melakukan interview lagi dan masih berhubungan seputar cerpen yang Nayla tulis dan kehidupan Nayla.

Interview 3

Dalam tempat yang sama, Nayla melakukan interview sebanyak tiga kali. Pertanyaan yang diajukan masih berhubungan seputar cerpen dan kehidupan Nayla. Tetapi interview yang ketiga ini lebih banyak pertanyaan seputar kehidupan Nayla.

Headline 1

Nayla Kinar Sudah Tidak Perawan

Headline 2

Nayla Kinar : Minum Bir Sejak Umur Empat Belas Tahun

Headline 3

Nayla Kinar Suka Sesama Jenis

II. Headline 1

Bung Radja, “DIRADJAKAN” Sebelum Berpulang

Headline 2

Segelas Anggur dari Radja Untuk Ratu

Headline 3

Ratu dan Nayla Akur?

Interview 1

Ratu mendapat ucapan belasungkawa dari majalah MAJALAH sebelum melakukan interview. Pertanyaan yang diajukan seputar sebelum kematian Bung Radja dan Nayla yang tinggal dengan Ratu. Ratu senang dengan kehadiran Nayla sebelum Bung Radja meninggal.

Interview 2

Pertanyaan yang diajukan mengenai penyakit jantung yang diidap Bung Radja. Bung Radja pergi tanpa beban. Nayla tetap tinggal dengan Ratu dan Ratu senang karena punya teman.

Interview 3

Nayla dan Ratu diinterview bersama. Nayla menganggap Ratu baik, begitu juga sebaliknya. Nayla dan Ratu mempunyai rasa senasib seperjuangan dan membuat mereka dekat dan saling membutuhkan.

III. Ratu di Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika

Siang itu, Ratu datang ke rumah perawatan anak nakal dan narkotika untuk memasukkan Nayla ke lembaga perawatan itu karena Nayla diduga memakai narkoba.

Ratu di Rumah Ibu

Ratu datang ke rumah ibu Nayla untuk minta tanda tangan dari Ibu Nayla supaya menandatangani surat persetujuan untuk mengirim Nayla ke Rumah Perawatan.

6. I. Gambar Bir Pertama dengan Ben

Malam itu Nayla baru setengah mabuk, seorang laki-laki yang bernama Ben menatapnya terpana. Dia tidak merasa aneh dengan sapa kasar Nayla, dia menawari Nayla minuman. Nayla merasa laki-laki itu senang mabuk dan senang sendirian, sama dengan Nayla. Menurut Nayla, Ben adalah laki-laki yang tidak mencari cinta.

Gelas Anggur Pertama dengan Nayla

Malam itu, Ben dan Nayla makan malam bersama. Ben mencintai Nayla sejak pandangan pertama. Ben terkejut karena mengetahui bahwa Nayla sejak kecil sudah sering minun anggur.

Gelas Anggur Pertama dengan Ben

Nayla dan Ben makan malam bersama dengan nuansa romantis dan membuka sebotol anggur. Anggur mengingatkan Nayla pada masa lalunya yang kelam dan membuat Nayla tidak mau minun anggur.

Gelas Bir Terakhir dengan Ben

Nayla dan Ben putus, mereka bertengkar hebat. Nayla memecahkan botol bir dan menghujamkannya ke arah Ben, ujung pecahan botol itu menggores dada Ben.

II. Antara Percaya dan Tidak Percaya

Nayla benar-benar bahagia karena cerpennya dimuat di koran setelah bertahun-tahun mencoba mengirim dan ditolak.

Antara Tidak Percaya dan Percaya

Ibu Nayla tidak senang dengan cerpen yang ditulis Nayla. Dia menganggap semuanya egosi. Ibu Nayla beranggapan hal itu sama saja dengan membuka aib keluarga.

III. Di Antara Dua Dunia

Nayla datang ke cafe untuk bertemu dengan sahabat-sahabatnya yaitu Broto, Tomboy, Gumelar dan Wawan. Nayla seakan terjepit di tengah dua dunia yaitu begitu berbeda. Nayla jemu dengan situasi yang harus mementingkan penampilan, disisi lain dalam komunitas barunya penampilan bukanlah hal yang utama.

Di Antara Dua Sifat

Kepribadian Nayla terpecah jadi dua, satu seperti bidadari yang satunya seperti kuntilanak. Pada saat tidak minum, Nayla tidak jujur dia merasa seperti kuntilanak. Pada saat mengenal minuman, Nayla melakukan apa yang dia anggap benar dan tidak mendendam, dia merasa seperti bidadari.

Di Antara Dua Kultur

Nayla mengingat saat pergi ke Bali bersama ibunya untuk menemui tema kencan ibunya. Malam hari Nayla ditinggal sendiri karena ibunya pergi dengan teman kencan. Nayla membandingkan keadaan yang dia alami dengan keadaan bersama ayahnya. Semuanya jauh berbeda. Apa yang Nayla mau tidak dilarang ayahnya.

Di Antara Dua Bentuk

Nayla bekerja sama dengan Ardan untuk membuat film, tetapi Nayla tidak sanggup untuk melanjutkan membuat skenario. Nayla takut penonton akan menghubung-hubungkan dengan pengalaman pribadi Nayla.

7. Nayla diberi beberapa pertanyaan dan seperti biasa, apa yang diceritakannya, juga antara pertanyaan dengan jawaban tidak nyambung. Pertanyaan belum dijawab Nayla pergi untuk minum bir.

1. Struktur Plot

1. I. A. Memilih Peniti

B. Memilih Juli atau Laki-laki

C. Memilih Ayah atau Aku

II. A. Ke Rumah Ayah

B. Ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika

C. Ke Rumah Ibu

III. A. Catatan Harian Ibu Lina

B. Catatan Harian Nayla

C. Catatan Harian Nayla

D. Catatan Harian Ibu Lina

E. Catatan Harian Ibu Lina

F. Catatan Harian Nayla

2. I. A. Telepon

II. A. SMS

III. A. Cerita Pendek

IV. A. Email

3. I. A. Surat Untuk Nayla

B. Surat Untuk Ibu

C. Surat Untuk Ayah

II. A. Diskotek

B. Kamar Kos

C. Hotel

III. A. Taksi

B. Polsek

C. Terminal

4. I. A. Tentang seks

B. Tentang pelecehan seksual

C. Tentang pornografi

II. A. Ibu dan Laki-laki

B. Saya dan Laki-laki

C. Juli dan Laki-laki

III. A. Pasca Putus dengan Juli

B. Pasca Putus dengan Ben

C. Pasca Putus dengan Om Indra

5. I. A. Interview 1

B. Interview 2

C. Interview 3

D. Headline 1

E. Headline 2

F. Headline 3

II. A. Headline 1

B. Headline 2

C. Headline 3

D. Interview 1

E. Interview 2

F. Interview 3

III. A. Ratu di Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika

B. Ratu di Rumah Ibu

6. I. A. Gelas Bir Pertama dengan Ben

B. Gelas Anggur Pertama dengan Nayla

C. Gelas Anggur Pertama dengan Ben

D. Gelas Bir Terakhir dengan Ben

II. A. Antara Percaya dan Tidak Percaya

B. Antara Tidak Percaya dan Percaya

III. A. Diantara Dua Dunia

B. Diantara Dua Sifat

C. Diantara Dua Kultur

D. Diantara Dua Bentuk

7.

Berikut ini penjelasan mengenai terjalinnya peristiwa yang terjadi di dalam novel Nayla yang mempunyai hubungan sebab akibat satu sama lain.

Peristiwa (1.I.A), merupakan kejadian dimana Nayla saat masih kecil harus memilih peniti yang akan ditusukkan ke vagina oleh Ibu Nayla. Tidak hanya memilih peniti, soal dewasa Nayla juga harus memilih antara Juli atau laki-laki, menyebabkan peristiwa (1.I.B). Nayla juga dihadapkan dengan situasi memilih antara ayah atau ibunya, hal ini diperjelas dengan peristiwa (1.I.C).

Setelah memilih untuk tinggal dengan ayahnya, peristiwa (1.I.C), Nayla pergi ke rumah ayahnya (1.II.A). Setelah ayahnya meninggal, Nayla dikirim ke rumah perawatan anak nakal oleh ibu tirinya (1.II.B). Nayla kabur dari rumah perawatan anak nakal dan pergi ke rumah ibunya (1.II.C).

Selama di rumah perawatan anak nakal dan narkoba, Nayla dekat dengan Ibu Lina bahkan Ibu Lina menulis tentang Nayla di catatan harian (1.III.A). nayla ingin bisa mengulang hari sebelumnya untuk memperbaiki keadaan, hal ini dijelaskan dengan peristiwa (1.III.B). Sehari sebelum masuk rumah perawatan anak nakal dan narkotika, Nayla menunggui ayahnya yang sakit (1.III.C). Nayla melarikan diri dari rumah perawatan anak nakal karena Nayla ingin hidup bebas dan Nayla merasa tidak mempunyai kasus apapun. Keputusan Nayla membuat Ibu Lina kecewa (1.III.D). Sehari sebelum Nayla kabur Ibu Lina merasa senang sekaligus sedih karena Nayla akan ada yang merawat (1.III.E). Berhasil kabur, membuat Nayla senang tetapi dia juga merasa tidak enak hati dengan Ibu Lina (1.III.F).

Peristiwa (2.I.A) menjelaskan tentang Nayla dengan Ben, dimana Nayla tiba-tiba tidak dapat dihubungi karena Nayla tahu bahwa Ben jalan dengan cewek lain (2.II.A). Untuk melampiaskan kekesalan, Nayla menulis cerpen yang menjadi hobi Nayla (2.III.A). Cerpen Nayla mendapat bermacam-macam respon dari pembaca (2.IV.A).

Peristiwa (3.I.A) berkisah tentang putusnya hubungan Juli dengan Nayla, melalui surat yang ditulis Juli. Selain surat Juli, Nayla juga menulis surat untuk ibuya tetapi surat itu tidak pernah disampaikan (3.I.B). Tidak hanya menulis surat untuk ibunya, Nayla juga menulis surat untuk ayahnya sebagai rasa sayang Nayla terhadap ayahnya dan surat itu dikubur di dekat makam ayahnya (3.I.C).

Setelah kabur dari rumah perawatan anak nakal, Nayla bekerja di diskotek (3.II.A). Setelah pulang bekerja di diskotek, Nayla dan Juli sering tidur bersama di kamar kos Nayla yang sempir (3.II.B). Selain bekerja di diskotek, Nayla juga bekerja sebagai penari di hotel (3.II.C).

Sebelum bekerja di diskotek, Nayla pernah berencana merampok taksi (3.III.A). Rencana itu gagal, Nayla dibawa ke Polsek oleh sopir taksi (3.III.B). Setelah ke luar dari polsek, Nayla hidup sebagai gelandangan di terminal (3.III.C).

Peristiwa (4.I.A) menjelaskan tentang hobi menulis Nayla yang berhubungan dengan duani seks. Selain seks, Nayla juga menulis tentang pelecehan seksual (4.I.B), bahkan pornografi yang tidak jauh dari kehidupan Nayla (4.I.C).

Cerpen Nayla dipengaruhi dengan kisah masa lalunya, dimana Ibu Nayla mempunyai banyak teman pria (4.II.A). Kebencian Nayla akan masa lalunya, membuat Nayla melampiaskannya dengan banyak berhubungan dengan laki-laki (4.II.B). Karena sering berhubungan dengan laki-laki, Juli merasa cemburu (4.II.C).

Tidak kuat dengan sikap Nayla yang berganti-ganti pasangan, Juli memutuskan Nayla dan membuat Nayla tidak berdaya (4.II.A). Selain bergonta-ganti pasangan, Nayla juga bersikap tidak peduli dengan kekasih laki-lakinya yaitu Ben dan membuat Ben juga memutuskan Nayla, peristiwa ini juga membuat Nayla sedih (4.III.B). Nayla bersikap acuh terhadap Ben karena sebenarnya Nayla membenci laki-laki, hal ini karena masa lalu Nayla yang pernah di perkosa oleh Om Indra yaitu kekasih ibunya. Setelah mereka putus, Ibu Nayla tetap tegas padahal Ibu Nayla sangat mencintai Om Indra (4.III.C).

Peristiwa (5.I.A, 5.I.B, 5.I.C) bercerita tentang Nayla yang diwawancarai wartawan seputar cerpen Nayla. Hasil wawancara menjadi topik utama (5.I.D, 5.I.E, 5.I.F).

Nayla juga pernah diwawancarai ketika ayahnya meninggal, hasil wawancara itu juga menjadi topik utama (5.II.A, 5.II.B, 5.II.C). Wawancara tersebut berkisar hubungan Nayla, Ayah dan Ibu tiri Nayla yaitu Ratu (5.II.D, 5.II.E, 5.II.F).

Setelah ayah Nayla meninggal, ibu tiri Nayla pergi ke rumah perawatan anak nakal dan narkotika untuk menanyakan syarat memasukkan anak ke rumah perawatan itu (5.III.A). Supaya dapat memasukkan Nayla ke rumah perawatan itu, ibu tiri Nayla pergi ke rumah ibu kandung Nayla untuk meminta tanda tangan (5.III.B).

Peristiwa (6.I.A) menjelaskan tentang awal mula Nayla bertemu Ben. Setelah berkenalan, Nayla dan Ben makan malam sambil minum anggur (6.I.B, 6.I.C). Berawal dari bir dan berakhir dengan bir juga hubungan Nayla dengan Ben (6.I.D).

Peristiwa (6.II.A) menceritakan untuk pertama kalinya novel Nayla dimuat dan Nayla merasa senang sekali. Tetapi Ibu Nayla sangat kecewa karena menganggap Nayla tidak punya perasaan dengan menulis cerpen seperti itu dan dimuat (6.II.B).

Dengan keberhasilan sebagai penulis, Nayla terkadang merasa bingung dengan dirinya (6.III.A). selain bingung dengan kepribadian, Nayla juga bingung dengan anggapan orang-orang tentang sifat Nayla yang seperti bidadari dan kuntilanak (6.III.B). Selain bingung dengan kepribadian dan sifat, Nayla juga bingung dengan kasih sayang yang diberikan ibunya dengan ayahnya karena sangat berbeda (6.III.C). Dari keberhasilan menulis cerpen, Nayla ditawari menulis skenario film, tetapi Nayla juga bingung karena menulis skenario tidak semudah menulis cerpen (6.III.D).

Pada bagian akhir, diceritakan hasil wawancara antara Nayla dengan wartawan seputar cerpen yang ditulis Nayla. Sebelum wawancara selesai, Nayla pergi hanya untuk meminum bir.

2. Perkembangan Plot

a. Situasi (pengarang mulai melukiskan keadaan)

Pada bab pertama digambarkan latar belakang Nayla yang kurang bahagia karena sejak kecil Nayla sudah dianiaya ibunya dengan menusukkan jarum ke vaginannya. Selain itu, Nayla kurang mendapatkan kasih sayang dari ayahnya, karena sejak dalam kandungan Nayla sudah ditinggal ayahnya. Tragisnya Nayla dimasukkan ke rumah perawatan anak nakal dan narkotika karena dicurigai menggunakan narkoba.

“Tapi kini, beberapa tahun kemudian, tak ada satu peniti pun yang membuat Nayla gentar maupun gemetar. Ia malah menantang dengan memilih peniti yang terbesar. Membuka pahanya lebar-lebar.” (Nayla, 2005: 2)

Setelah ayahnya meninggal, ibu tirinya memasukkan Nayla ke dalam rumah perawatan anak nakal. Hal ini menambah penderitaan Nayla.

“Nayla tidak mempercayai apa yang dilihatnya ketika gerombolan anak perempuan memakai kaos seragam berlabel Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika.” (Nayla,2005: 12)

b. Geenerating Circumstances (peristiwa-peristiwa yang berpaut mulai bergerak)

Merupakan sub klimaks yang menggambarkan kehidupan Nayla setelah tidak tinggak dengan ibunya. Nayla bekerja di diskotek dan menjalin hubungan dengan seorang perempuan bernama Juli.

“Diskotek itu butuh juru lampu. Saya ikut training selama satu bulan, selama itu saya diperbolehkan tidur di diskotek itu, sehingga saya tidak perlu bingung luntang-lantung mencari rumah teman yang bisa dijadikan tempat bermalam atau terpaksa tidur di terminal dan emperan jalan.” (Nayla, 2005: 54)

Bekerja di diskotek sebagai juru lampu membuat kehidupan Nayla sangat pas-pasan, hal ini digambarkan dengan kondisi kamar kos Nayla.

“Mungkin terlalu banyak hal yang mengganggu pikiran Juli ketika ia melihat kondisi kamar kos Nayla sehingga malam itu nafsunya surut.” (Nayla, 2005: 64)

c. Rising Action (keadaan mulai memuncak)

Kehidupan Nayla semakin bebas. Nayla banyak berhubungan dengan laki-laki. Bukan sekedar kepuasan kelamin yang dicari Nayla tapi Nayla butuh kepuasan rohani juga.

“Semua berjalan cepat. Kami bercinta dalam waktu singkat. Maka, dalam waktu sesingkat itu tak ada satu orang pun yang bisa memuaskan saya seperti Juli, tetapi memang bukan sekedar kepuasan kelamin yang saya cari. Saya butuh kepuasan rohani.” (Nayla, 2005: 101)

Juli menanggapi tulisan Nayla dengan baik. Selama ini, Nayla hidup dalam tekanan. Nayla menulis cerpen seperti kisah yang pernah di alami Nayla.

“Nayla berhenti lalu menyerahkan tulisannya yang belum selesai ke tangan Juli. Di atas ranjang Juli telanjang. Nayla juga masih telanjang. Ia mengambil rokok menyulutnya, sambil duduk ngangkang menghadap Juli.

Setelah selesai membaca, tawa Juli meledak. Ia melebarkan tangannya siap memeluk Nayla.” (Nayla, 2005: 81)

Lain dengan Juli, Ben menanggapi tulisan Nayla dengan cuek. Hal ini membuat Nayla sangat marah.

“Udah kamu pulang aja deh. Saya mau terusin nulis.”

“Nulis begituan ngapain sih. Gak ada habis-habisnya. Pantes aja gak ada media yang mau muat.” (Nayla, 2005: 88)

d. Climac (peristiwa mencapai puncaknya)

Pemaparan klimaks novel Nayla terjadi ketika Nayla ditinggal pergi oleh Juli dan Ben. Nayla merasa sedih dan bingung. Nayla seperti kehilangan pegangan hidup.

“Entah apa yang harus saya lakukan sekarang. Entah apa yang harus saya lakukan untuk membunuh waktu.” (Nayla, 2005: 104)

“Akhirnya Juli pergi. Kembali, saya sendiri. Tak pernah saya bayangkan sangat kehilangan seperti ini walaupun secara materiil saya sudah mempersiapkan diri.” (Nayla, 2005: 110)

“Tapi ia tak bisa menulis. Ia tidak mau tertawa. Yang tersisa hanyalah air mata. Ia menangis disaksikan langit tak berbintang di luar jendela.” (Nayla, 2005: 110)

Dengan demikian dilihat dari segi penceritaannya, maka novel Nayla termasuk dalam alur regresif atau sorot balik atau flash back.

3. Teknik Pengeplotan

Ada beberapa teknik pengeplotan yang digunakan di dalam novel Nayla, yaitu konflik, sorot balik (Flash back), tegangan (suspence).

a. Konflik (Conflict)

Konflik merupakan peristiwa terjadinya pertentangan antara pihak atau kekuatan di dalam cerita. Konflik ini merupakan inti dari struktur cerita yang menumbuhkembangkan plot.

Stanton (1965 : 16) membagi konflik menjadi dua macam, yaitu konflik internal dan konflik eksternal. Konflik internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa seorang tokoh. Adapun konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang ada di luar dirinya. Konflik ini dibagi lagi atas konflik fisik dan sosial. Konflik fisik apabila konflik yang terjadi itu disebabkan adanya perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam. Konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya konflik sosial antarmanusia.

Di dalam novel Nayla konflik internal terjadi pada saat Nayla merasa bingung dengan keputusan Nayla selama ini yang menutupi perbuatan Om Indra dan Nayla bingung apa yang harus dilakukan Nayla sekarang ini.

“Lalu, apakah yang selama ini saya lakukan? Apakah saya sudah melakukan kesalahan besar? Apakah sebaiknya saya tertarik ketika ia sedang menggesekkan penisnya ke tengkuk saya. Apakah seharusnya saya melawan ketika penisnya menghunus lubang vagina saya? Apa yang harus saya lakukan? Mengatakan semuanya kepada ibu? Apa reaksi ibu?” (Nayla, 2005: 114)

Apapun konflik yang dapat dikategorikan sebagai konflik eksternal, yang termasuk konflik sosial adalah perselisihan Nayla dengan ibu ketika Nayla memutuskan untuk tinggal dengan ayahnya.

“Tapi kenapa kamu tak peka terhadap penderitaan? Tidaklah kamu lihat dengan mata kepalamu sendiri bagaimana aku bekerja membanting tulang? Aku ingin kamu kuat karena di luar sana kehidupan begitu bangsat.” (Nayla, 2005: 7)

Adapun konflik eksternal yang berupa fisik yaitu ketika Nayla bertengkar dengan Ben karena Ben tidak menghargai tulisan Nayla.

“Nayla menerkam Ben. Menghajar mukanya. Menjambak rambutnya. Ben mempertahankan diri dengan memegani tangan Nayla.” (Nayla, 2005: 89)

b. Tegangan (Suspence)

Ketegangan yang membangkitkan rasa ingin tahu pembaca dalam novel Nayla yaitu ketika Ibu Nayla dengan menusukkan peniti ke vagina Nayla. Selain itu ketika Nayla dihukum ibunya dengan di jemur di atas seng tanpa alas kaki, diolesi kotoran manusia. Hal ini membuat penasaran atau rasa ingin tahu pembaca kenapa Ibu Nayla sampai tega melakukan hal itu pada anak kandungnya sendiri.

c. Sorot Balik (Flashback)

Teknik pengeplotan flashback berupa pengenangan kembali oleh pelaku apa yang telah terjadi sebelum peristiwa-peristiwa itu memuncak terjadi (Tasrif Via Lubis, 1978 : 10). Teknik ini ditampilkan melalui dialog, mimpi, atau lamunan tokoh (Sudjiman, 1988 : 2).

Di dalam novel Nayla, teknik ini digunakan pada saat Nayla mengenang masa lalunya ketika Nayla diperkosa oleh Om Indra.

“Saya takut mengatakan apa yang pernah dilakukan Om Indra kepada saya. Padahal saya ingin mengatakan kalau Om Indra sering meremas-remas penisnya di depan saya hingga tarian putih keluar dari sana. Bahkan ketika kami sedang sama-sama nonton televisi dan ibu pergi sebentar ke kamar mandi, Om Indra kerap mengeluarkan penis dari dalam celananya hanya untuk sekejap menunjukkannya kepada saya.” (Nayla, 2005: 113)

d. Foreshadowing

Foreshadowing atau bayangan peristiwa yang akan terjadi terdapat dalam cerita ini melalui peristiwa. Dalam novel Nayla, hal ini dapat ditemukan ketika Nayla membayangkan peristiwa apa yang akan terjadi jika Nayla bercerita kepada ibunya tentang perlakuan Om Indra terhadap Nayla.

“Apa reaksi ibu? Apakah ia akan menusuki vagina saya tidak hanya dengan peniti namun dengan linggis. Apakah ia akan tidak sekedar menempel tahu ke mulut saya dengan plester, tapi malah memaksa saya menelannya?” (Nayla, 2005: 114)

DIGRAM ALUR

B. Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu cerita yang mengalami peristiwa dan mempunyai sikap, sifat, emosi, prinsip dan sebagainya.

Di dalam sebuah novel, tokoh-tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam beberapa macam sudut pandang atau tinjauan. Beberapa sudut pandang atau tinjauan itu adalah jenis tokoh, jenis watak, dan teknik pelukisan tokoh.

1. Jenis Tokoh

Jenis tokoh dibagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan, serta tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Analisis tokoh dalam novel Nayla menggunakan jenis tokoh utama dan tokoh tambahan.

a. Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang berhubungan dengan setiap peristiwa dan diutamakan penceritaannya di dalam novel yang bersangkutan.

Berdasarkan pendapat tersebut, novel Nayla tokoh utamanya yaitu Nayla. Tokoh ini sering muncul bahkan selalu muncul dalam cerita.

b. Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan dalam novel Nayla diantaranya yaitu Ibu, Juli, Om Indra, Ben, Ayah dan Ratu. Tokoh-tokoh tersebut berperan penting dalam mendukung jalannya cerita.

2. Penokohan

Penokohan dalam novel Nayla menggunakan cara analitik dan dramatik. Penokohan secara analitik adalah penggambaran tokoh secara langsung oleh pengarang yang langsung pada cerita itu. Sedangkan perwatakan secara dramatik yaitu secara tidak langsung, misalnya dari pembicaraan orang lain terhadap tokoh lain.

a. Nayla

Nayla adalah anak yang pemberani, pandai dan cinta sesama jenis.

“Aku sakit hati anakku, tapi paling tidak aku tahu kalau aku sudah berhasil menjadikanmu anak yang hebat. Anak yang berani. Tak apa jika konsekuensinya seperti ini. Yang penting akhirnya kamu sudah berani memilih jalan hidupmu.” (Nayla, 2005: 16-17)

“Setelah beberapa kali bertemu, menurut Om Billy Nayla adalah anak yang sopan, baik, pandai, dewasa dan bisa menempatkan diri.” (Nayla, 2005: 94)

Dari dua kutipan di atas, secara dramatik Nayla mempunyai sifat pemberani dan pandai.

“Saya juga punya pacar. Bukan laki-laki tapi perempuan. Yang laki-laki cuma untuk hit and run. Mereka benar-benar makhluk yang menyebalkan, sekaligus menggiurkan untuk urusan perasaan, saya lebih merasa nyaman dengan perempuan.” (Nayla, 2005: 55)

Dari kutipan di atas, secara analitik Nayla mempunyai perwatakan lebih senang dengan perempuan untuk dijadikan pacar.

b. Ibu

Ibu adalah wanita yang cantik, sering berganti-ganti pasangan bahkan hidup satu atap dengan laki-laki yang bukan suaminya. Ibu adalah seorang wanita yang kuat.

“Tak akan pernah saya sekuat ibu. Saya tak pernah melihat ibu begitu mencintai laki-laki sepertia ia mencintai Om Indra. Tapi ketika hubungan mereka berakhir pun, ibu terlihat biasa-biasa saja.” (Nayla, 2005: 111-112)

Dari kutipan di atas, secara dramatik ibu mempunyai sifat yang kuat dan tegar.

“Ibu adalah perempuan cantik dan mandiri. Ibu bisa menjadi seorang ibu sekaligus ayah.” ( Nayla, 2005: 95)

“Perlakuan ibu terhadap Om Indra pun beda dengan cara memperlakukan om-om lain. Tak ada satu pun om-om yang diijinkan ibu bertandang ke rumah. Mereka bertemu di pertokoan-pertokoan seperti ini atau rumah makan remang-remang seperti tadi. Tapi khusus untuk Om Indra, ibu memperbolehkannya datang ke rumah. Bahkan sudah dua bulan Om Indra tinggal di rumah dan tidur di kamar ku.” (Nayla, 2005: 96)

Dari kutipan di atas, secara analitik ibu mempunyai sifat suka gonta-ganti pasangan dan seorang ibu yang cantik dan mandiri.

c. Juli

Juli adalah seorang perempuan yang mempunyai perawakan seperti laki-laki dianalisis secara dramatik. Juli juga pecinta sesama jenis.

“Saya memperhatikan juli. Perawakan dan sikap Juli tak ubahnya seorang laki-laki. Ia memang pecinta sesama jenis.” (Nayla, 2005: 4)

d. Om Indra

Secara dramatik, om Indra mempunyai sifat yang tidak bermoral. Om Indra telah melakukan pelecehan seksual dan memperkosa Nayla sejak kecil.

“Saya takut mengatakan apa yang pernah dilakukan om Indra kepada saya. Padahal saya ingin mengatakan kalau om Indra sering meremas-remas penisnya di depan saya hingga cairan putih muncrat dari sana”. (Nayla, 2005: 113)

e. Ben

Secara analitik, Ben mempunyai penyabar dan mau menerima Nayla apa adanya walaupun Nayla sering berlaku kasar dan tidak memperhatikan Ben.

“Yang, aku serius. Aku kurang sayang apa sama kamu?” Aku terima kamu apa adanya Aku ….” (Nayla, 2005: 88)

f. Ratu

Secara analitik, Ratu yaitu ibu tiri nayla mempunyai sifat yang pengertian dan peduli terhadap Nayla. Hal ini dibuktikan dengan kepedulian Ratu terhadap sikap Nayla yang berubah setelah ayahnya meninggal. Ratu mencurigai Nayla memakai narkoba karena sikap Nayla yang tidak wajar. Untuk mencegah hal itu Ratu merencanakan Nayla untuk masuk di rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika.

“Saya gak tau apa-apa sebenarnya, Mbak. Saya coba mengerti Nayla selama sebulan ini. Tapi dia berubah. Hanya seminggu aja dia stabil sehabis Bung meninggal.” (Nayla, 2005: 140)

“Enggak, Mbak. Saya Cuma mau laporan tentang perkembangan Nayla dan mendiskusikannya. Saya takut kecurigaan saya gak benar karena saya pun tidak bukti obat apa yang Nayla pakai. Tapi saya yakin, Mbak ibunya. Mbak pasti lebih tahu.” (Nayla, 2005: 141)

g. Ayah

Secara dramatik, ayah Nayla bukanlah ayah yang teladan. Hal ini diungkapkan Nayla , karena ayah tidak melarang setiap kegiatan yang dilakukan Nayla, seolah-olah ayah cuek terhadap kelakuan yang dilakukan Nayla.

“Dan memang Ayah bukan ayah teladan. Dari tadi ia menulis di kamar sebelah. Mbak Ratu menungguinya tanpa kenal lelah. Sementara Nayla seharian dibiarkan berenang di laut, diberi uang secukupnya untuk makan siang dan belanja di pasar, diberi kebebasan.” (Nayla, 2005: 168)

Diagram Tokoh

C. Latar

Latar merupakan tempat terjadinya peristiwa di dalam cerita atau lingkungan pelaku di dalam cerita (Stanton, 1965 : 18). Abiams (menyatakan bahwa latar atau setting) disebut juga landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Suminto (1988: 58) berpendapat bahwa latar adalah elemen fiksi yang menunjukkan kepada kita dimana kapan kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung. Latar fiksi secara garis besar dapat dikategorikan dalam tiga bagian, yakni latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah geografis, latar waktu berkaitan dengan historis, latar sosial berkaitan dengan kehidupan masyarakat.

1. Latar Tempat

Latar tempat novel Nayla adalah Diskotek, Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika, Hotel, Polsek, Kamar kos. Untuk lebih jelasnya masing-masing latar tempat diurutkan satu persatu.

a. Diskotek

Diskotek merupakan tempat kerja Nayla sebagai juru lampu. Nayla menghabiskan malam dengan bekerja di diskotik untuk mendapatkan uang untuk biaya hidup.

“Kegaduhan ini, tetap saja sepi. Lampu warna-warni berpendar silih berganti seiring dengan suara musik yang menghentar seantero diskotek hingga lorong manuju kamar mandi.”

b. Rumah Perawatan Anak Nakan dan Narkotika

Nayla pernah dimasukan ke dalam rumah perawatan anak nakal dan narkotika oleh ibu tirinya karena dicurigai memakai narkoba.

“Nayla tak mempercayai apa yang dilihatnya ketika gerombolan anak perempuan memakai kaos seragam berlabel Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika menyeruak masuk ke dalam ruangan.” (Nayla, 2005: 12)

c. Hotel

Selain bekerja di diskotek, Nayla juga bekerja di hotel sebagai penari. Nayla selalu dijemput Juli bila selesai menari di hotel.

“Nayla mengecup bibir Juli sambil berdiri. Ia kelihatan tak berniat duduk dan membuang waktu lebih lama lagi. Melihat gelagat ini pun Juli berdiri. Diambilnya tas besar di bahu kiri Nayla dan memindahkannya ke bahunya sendiri. Lantas mereka berjalan bergandengan menuju Lobby. Tamu-tamu dan karyawan hotel yang berpapasan dengan mereka langsung melirik dan berbisik.” (Nayla, 2005:: 65)

d. Polsek

Nayla pernah dibawa ke polsek oleh seorang sopir taksi dicurigai akan merampok taksi bersama teman-temannya.

“Sopir taksi melompat ke luar dari dalam taksi, langsung lari ke arah beberapa polisi yang sedang duduk-duduk di pos jaga. Lina, Yanti dan Maya secara bersamaan melotot ke arah Nayla yang masih bengong di tempatnya.” (Nayla, 2005: 71)

e. Kamar kos

Nayla dan Juli merupakan sepasang kekasih, dimana mereka sama-sama sebagai seorang perempuan. Juli sering menginap di kos Nayla, kos yang keadaanya sangat memprihatinkan. Nayla lebih memilih tinggal di kos daripada tinggal dengan ibu kandungnya atau ibu tirinya karena ayah Nayla telah meninggal.

“Juli sempat ke kamar mandi yang terletak di belakang. Ada enam kamar kos, tapi hanya ada satu kamar mandi. Kamar mandi yang membuat Juli hampir muntah karena hidungnya dikepung bau pesing yang begitu menyengat.” (Nayla, 2005: 63)

2. Latar Waktu

Novel Nayla terdapat beberapa latar waktu yaitu sebagasi berikut :

a. Subuh

Saat berada di rumah perawatan anak nakal dan narkotika, Nayla selalu benagun pagi-pagi sekali, tidak hanya Nayla tapi semua penghuni rumah perawatan itu. Mereka dibangunkan denga cara yang tidak manusiawi.

“Subuh dini hari, masing-masing pintu kamar diketuk oleh pembina dengan cara yang tidak manusiawi. Bukan diketuk dengan tangan melainkan dengan tendangan kaki.” (Nayla, 2005: 14)

b. Jakarta, 11 November 1989

Pada tanggal 11 November 1989, Nayla menulis surat untuk Ibunya. Nayla memberikan kabar kepada Ibunya selama dia hidup dan tinggal tidak dengan Ibunya. Tapi surat itu tidak pernah dikirimkan Nayla.

“Saya gak tahu apakah tindakan menulis surat ini akan memperburuk atau memperbaiki. Tapi saya gak tau maksud jelek sedikitpun. Saya Cuma ingin mengabari bahwa saya sudah mulai bisa hidup dengan hasil keringat saya sendiri.” (Nayla, 2005: 53)

c. Rabu

Nayla menemani Ibunya pergi ke sebuah pertokoan, dimana Ibu Nayla sering bertemu dengan laki-laki. Nayla sering mendapatkan uang pemberian dari teman kencan Ibunya. Nayla sebenarnya merasa risih dan tidak nyaman dengan pekerjaan Ibunya.

“Hari itu hari rabu. Tapi Nayla sedang berjalan-jalan disebuah pertokoan menemani Ibi. Tentunya bukan ritual yang biasa mereka lakukan dua kali dalam seminggu. Tapi tidak lebih untuk membantu kepentingan itu.” (Nayla, 2005: 93)

d. Malam hari

Mabuk merupakan belahan jiwa Nayla. Setiap malam Nayla selalu mabuk, sejak kecil Nayla sudah mengenal minuman keras. Malm itu Nayla baru setengah mabuk, dia bertemu dengan laki-laki yang bernama Ben, kemudian Ben menjadi kekasih laki-laki Nayla.

“Tapi untung malam itu Nayla baru setengah mabuk. Ia belum sempat muntah-muntah. Ia belum sempat mengeluarkan sumpah serapah. Ia terlanjur bertemu dengan salah satu dari manusia-manusia goblok yang memenuhi ruangan. Seorang laki-laki yang sama-sama datang sendiri.” (Nayla, 2005: 143)

e. 5 Agustus 1987

Saat itu, umur Nayla baru dua belas tahun. Nayla dimasukkan ke rumah perawatan anak nakal oleh ibu tirinya dengan tuduhan menggunakan narkoba. Tetapi Nayla tidak pernah mau mengaku walaupun dipukuli menggunakan rotan.

“Umurnya dua belas tahun. Kasusnya, kenalan remaja dan penggunaan narkoba. Tapi ia tak perah mau mengakuinya. Ia bungkam ketika harus mengisi berita acara. Bahkan ketika rotan melucut kulitnya, ia tetap tak mau mengaku.” (Nayla, 2005: 18)

3. Latar Sosial

Nurgiyantoro (1998: 233) menyatakan bahwa latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuaru tempat yang diveritakan dalam karya fiksi.

Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup masalah dalam lingkup yang cukup. Misalnya berupa kebiasaan hidup, adat istiadat tradisi, keyakinan, pandangan hidup. Cara berpikir, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual. Nurgiyantoro menyatakan bahwa latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan. Untuk mendapatkan gambaran status sosial tokoh-tokoh dalam novel Nayla, berikut dipaparkan gambaran tokoh-tokoh pribadinya.

a. Nayla

Nayla adalah seorang anak yang berasal dari keluarga tidak harmonis. Ayahnya meninggal Nayla saat masih dalam kandungan dan ayahnya menikah lagi. Nayla dibesarkan hanya oleh Ibunya. Sebenarnya Nayla berasal dari keluarga yang berkecukupan.

“Kamu tak akan pernah bahu, anaku. Seberapa dalam ayahmu menyakiti hatiku. Ia menyakiti kita dengan tidak mengakui janin yang kukandung adalah keturunannya. Ia meninggalkan kita begitu saja tanpa mengurus ataupun mendiskusikan terlebih dahulu masalah perceraian. Aku yang merawatmu dengan penuh ketegaran sejak kamu berada di dalam kandungan.” (Nayla, 2005: 16)

b. Juli

Juli berasal dari keluarga yang normal-normal saja, tetapi Juli berperilaku menyimpang dengan mencintai sesama jenis. Juli bekerja di diskotek, dunia malam merupakan hidupnya.

“Ia memang pecinta sesama jenis. Tapi kelainannya bukan faktor genetis. Keluarganya normal-normal saja, akunya. Normal dalam pengertian, bukan pecinta sesama jenis.” (Nayla, 2005: 4)

“Sudah hampir tiga tahun ia malang melintang di dunia malam sebagai juru musik.” (Nayla, 2005: 4)

c. Ben

Ben berasal dari keluarga yang cukup berada. Hal ini terbukti dengan hadiah-hadiah yang diberikan Ben buat Nayla dan rumah Ben untuk Nayla.

“Tidak berterima kasih ketika Ben membelikan rumah. Tidak terpesona ketika Ben memberikannya uang bulanan dan berbagai hadiah.”(Nayla,2005:110)


BAB III

SARANA SASTRA

A. Pengertian Judul

Judul merupakan elemen lapisan luar suatu fiksi. Oleh karena itu, ia merupakan elemen yang paling mudah dikenal oleh pembaca. Menurut Suminto (1988:7) ada yang beranggapan bahwa judul seharusnya memberikan gambaran makna suatu cerita. Judul biasanya mengacu kepada sejumlah elemen structural fiksi lainnya seperti mengacu kepada tema, latar, konflik tokoh, symbol cerita, akhir cerita dan sebagainya.

Judul suatu cerita biasanya memberikan gambaran akan makna suatu cerita (Stanton, 1965: 25). Oleh karena itu, hubungan judul itu sendiri terhadap keseluruhan cerita dapat diekspresikan sebagai berikut:

a. sebagai pembayang cerita

b. berkaitan dengan tema cerita

c. berkaitan dengan tokoh cerita, yang berupa nama tokoh, sikap tokoh dan watak tokoh

d. berkaitan dengan teknik penyelesaian

e. berkaitan dengan latar tempat dan waktu

f. sebagai titik tolak konflik antar pelaku

g. judul sering diwujudkan dalam wujud pepatah

h. judul sering dinyatakan dalam bentuk kiasan/ symbol, dan

i. judul menunjuk suasana

Dari dua pendapat di atas dapat ditarik simpulan bahwa judul adalah elemen fiksi yang paling luas dan merupakan hal pertama yang dibaca. Judul suatu cerita dapat memberikan gambaran makna. Oleh karena itu, judul biasanya mengacu pada unsure-insur fiksi seperti tema, latar, konflik, atau unsur lainnya.

1. Judul

Judul Nayla mengacu pada tokoh utama cerita. Tokoh utama novel Nayla yaitu Nayla. Hubungan judul ini secara sistematis merupakan judul yang tepat. Dalam novel Nayla menceritakan kehidupan Nayla dan orang-orang yang ada di sekitar Nayla.

Judul Nayla sangat tepat digunakan karena dari judul tersebut pembaca sudah dapat menerka tokoh utama dari novel tersebut adalah Nayla. Dalam setiap cerita terdapat tokoh Nayla yang saling mendukung satu sama lain dengan tokoh-tokoh yang lain, sehingga terbentuklah suatu cerita yang menarik untuk dibaca.

B. Sudut Pandang

Sudut pandang, point of view, view pint, merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh Stanton digolongkan sebagai sarana cerita, literary device. Walau dmikian, hal itu tidak berarti bahwa perannya dalam fiksi tidak penting. Sudut pandang haruslah diperhitungkan kehadirannya, bentuknya, sebab pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap penyajian cerita. Reaksi afektif pembaca terhadap sebuah karya fiksipun dalam banyak hal akan dipengaruhi oleh bentuk sudut pandang.

Sudut pandang dapat banyak macamnyatergantung dari sudut mana ia dipandang dan seberapa rinci ia dibedakan. Friedman (dalam Stevick,1967: 118) mengemukakan adanya sebuah pemertanyaan yang jawabnya dapat dipergunakan untuk membedakan sudut pandang. Pemertanyaannya yang dimaksud adalah sebagai berikut

1. Siapa yang bicara kepada pembaca (pengarang dalam persona ketiga atau pertama, salah satu pelaku dengan “aku”, atau seperti tak seorang pun)?

2. Dari posisis mana cerita itu dikisahkan (atas, tepi, pusat, depan atau berganti-ganti)?

3. Saluran informasi apa yang dipergunakan narator untuk menampaikan ceritanya kepada pembaca (kata-kata, pikiran, atau persepsi pengarang; kata-kata, tindakan pikiran, perasaan atau persepsi tokoh)?

4. Sejauh mana naratior menempatkan pembaca dari ceritanya (dekat, jauh, atau berganti-ganti).

Pengarang dalam novel Nayla, menggunakan sudut pandang campuran “Aku” dan “Dia”. Mula-mula cerita dikisahkan dari sudut “aku”, namun kemudian terjadi pergantian ke “dia”, dan kembali lagi ke “aku”. Penggunaan kedua sudut pandang tersebut terjadi karena pengarang ingin memberikan cerita secara lebih banyakkepada pembaca. Si “aku” adalah tokoh utama protagonis, dan ini memungkinkan pengarang membeberkan berbagai pengalaman batinnya. Namun, jangkauan si “aku” (yang berarti narator) terhadap tokoh lain terbatas, tak bersifat mahatahu. Padahal, pembaca menginginkan informasi penting dari tokoh-tokoh lain, atau narator yang ingin menceritakannya kepada pembaca, treutema yang dalam kaitannya dengan tokoh “aku”. Agar hal itu dapat dilakukan, pengarang sengaja beralih ke sudut pandang lain yang memungkinkan memberinya kebebasan, dan teknik itu berupa “dia”. Hal itu juga berarti: pembaca menjadi lebih tahutentang berbagai prsoalan hubungan tokoh-tokoh tersebut daripada tokoh-tokoh itu sendiri.

Novel Nayla, dikisahkan dari sudut pandang “aku” secara bergantian. Dari ke-7 bagian buku dalam novel Nayla, antaranya bersudut pandang “aku” dan “dia”. Tokoh “aku’ adalah Nayla sedangkan “dia” banyak dan berganti- ganti. Tehnik “dia” yang digunakan adalah “dia” mahatahu, walau ada beberapa bagian yang terlihat sebagai pengamat.

“ Maka pagi itu, Nayla hanya bisa pasrah mngikuti peraturan. Ia mengikuti anak-anak lain mencuci pakaian. Lalu, mengelap, menyapu, dan mengepel lantai. Dua perempuan yang menjemputnya kemarin muncul dengan mengenakan seragam polwan. Salah satu dari mereka berteriak mengejek Nayla.” (Nayla, 2005: 15).

“Saya gak tahu apakh tindakan menukis surat ini akan memperburuk atau memperbaiki keadaan. Tapi saa gak ada maksud jelek sedikitpun. Saya Cuma ingin mengabari bahwa saya sudah bisa hidup dengan hasil keringat saya sendiri.” (Nayla, 2005: 53).

“De javu. Nayla sudah pernah berada disituasi seperti ini. Karenanya ia tak lagi mengijinkan dirinya hanya tertawa seharian dan membuang-buang waktu seperti ketika ayah meninggal, terperangkap di Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika, maupun putus dari Juli. Masa itu sudah berlalu.” (Nayla, 2005: 108).

“Juli bergidik. Aor matanya tak terasa menitik. Ia meraih gelas berisi Chivas Regal dan menghabiskannya dalam sekali reguk. Ia terus menuang Chivas Regal dari dalam botol kegelasnya. Menghabiskannya. Menekan rasa sakit di dadanya. Juli ingin lupa.”(Nayla, 2005: 103).

“Saya takut. Saya sangat takut. Tapi saya lega. Sangat lega. Saya setengah terlepas dari kemelut. Tapi setengah kemelut yang terlpas itu kini sudah tersisi. Tersisi pertanyaan apakah Ben adalah orang yang tepat untuk berbagi.” (Nayla, 2005:148).

Penggunaan sudut pandang camppuran “aku” dan “dia” dalam novel Nayla yang diperjelas dengan kutipan-kutipan di atas membuat pembaca menjadi lebih tahu tentang bernagai persoalaan hubungan tokoh-tokoh tersebur daripada tokoh-tokoh itu sendiri.

C. Gaya Bahasa

Menurut Suminto (1980: 78) gaya merupakan cara khas pengungkapan seorabg [engarang. Gaya seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya karena pengarang selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan rat dengan selera pribadi dan kepekaanya terhadap segala sesuatu yang ada disekiarnya.

Fungsi gaya adalah menciptakan nada (tone) dalam fiksi. Istiah nada sering disamakan dengan “suasana” yakni suatu hal yang dapat dibaca dan terasakan melalui penyajian fakta cerita dan sasaran sastra yang terpadu dan koheren. Nada merupakan kualitas gaya yang memaparkan sikap pengarang terhadap pembaca karyanya. Suasana ia dapat berkisar pada suasana yang bersemangat religius, romantik, melankolis, menegangkan, mencekam, tragis, mengharukan, wajar, menjijikan dan sebagainya.

Dari penulisan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya bahasa adalah cara seseorang pengarang mengungkapkan bahasa yang menjadi ciri khasnya. Gaya berfungsi menciptakan “nada” atau suasana. Suasana cerita dapat dilukiskan pada suasana yang bersemangat, religius, romantik, dan sebagainya. Berikut ini akan dibahas gaya dan nada dalanm novel Nayla.

1. Hiperbola

Gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan terhadap suatu hal atau keadaan. Penggunaan gaya bahasa ini memberikan kesan menyangatkan, intensitas, dan juga ekspresivitas terhadap hal dan keadaan (Pradopo, 1991: 98)

“Tapi kenapa kamu tak eka terhadap penderitan? Tidakkah kamu lihat dengan mata kepalamu sendiri bagaimana aku bekerja membanting tulang? Aku ingin kamu kuat karena di luar sana kehidupan begitu bangsat.” (Nayla, 2005: 7).

“Ia berusaha mencari penjelasan dari kedua orang perempuan yang tadi menjemputnya. Tapi mereka tak juga kelihatan batang hidungnya. Mereka seolah raib ditelan bumi.” (Nayla, 2005: 13).

Mata kepalamu, membanting tulang, ditelan bumi merupakan contoh-contoh hiperbola dakam novel Nayla. Penggunaan hiperbola dalam kalimat-kalimat ini mengandung pengertian menyangatkan dan memantapkan.

2. Sinekdoke Pars Prototo

merupakan majas yang menyebutkan sebagian, tetapi yang dimaksud adalah keseluruhan.

“Tapi mereka tak juga kelihatan batang hidungnya. Mereka seolah raib ditelan bumi.” (Nayla, 2005:18).

Kata batang hidungnya merupakan majas sinekdoke pars prototo, karena yang dimaksud dalam kalimat itu adalah semuanya bukan batang hidungnya saja.

3. Personifikasi

Personifikasi atau penginsanan adalah majas yang menggubakan sifat-sifat insani pada benda yang tak bernyawa. Personifikasi dapat pula diartikan sebagai majas yang memperorangkan benda mati.

“Bukan sekadar suara-suara itu yang menggangu Djenar. Ia suka mendengar rintik hujan. Suara tongkat satpam beradu dengan tiang listrik, sudah biasa dipendengaran, tak akan menggangu pikiran.” (Nayla, 2005:38).

“Kamu butuh suasana yang “bergerak” untuk bahan tulisan. Semoga suatu saat nanti kamu berhasil jadi apa yang kamu mau. Aku gak mau menghalangi kamu, justru karena aku cinta kamu.” (Nayla, 2005: 52).

Kata beradu, bergerak merupakan contoh majas personifikasi. Beradu dan bergerak lazimnya oleh makhluk hidup atau benda yang bernyawa bukan benda mati.

4. Perumpamaan

Perumpamaan yaitu perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan, tetapi sengaja dianggap sama. Dalam perumpamaan ini biasanyadigunakan kata-kata sepert, sebagai, ibarat, umpama, bak, dan laksana.

“Bukan diketuk dengan tangan melainkan dengan tendangan kaki. Seperti robot anak-anak bina secara bersamaan membereskan tampat tidur. Setelah selesai mereka serempak pergi menuju kamar mandi. Mengambil air wudhu untuk sholatpagi.” (Nayla, 2005: 14).

“Setengah bermimpi Nayla berjalan. Bulan purnama bagai anting-anting yang menggantung di kuping awan. Ia berjalan melewati kucing-kucing, dam amjing-anjing tak bertuan.” (Nayla, 2005: 76).

“Mereka dating tak berdaya menunggu giliran seperti pengungsi menanti jatah makan. Jika mereka diberi satu kali lagi kesempatan, mereka mati-matian membuktikan kejantanan. Mereka merasa tertantang.” (Nayla, 2005: 101)

Seperti, bagai merupakan ciri personifikasi. Dari kutipan di atas, dapat lebih jelas contoh personifikasi atau perumpamaan yang terdapat dalam novel Nayla.

D. Nada

Nada merupakan kualitas gaya yang memaparkan sikap pengarang terhadap pembaca karyanya. Suasana ia dapat berkisar pada suasana yang bersemangat religius, romantic, melankolis, menegangkan, mencekam, tragis, mengharukan, wajar, menjijikan, dan sebagainya.

Novel Nayla banyak menggunakan majas hiperbola, sehingga nada yang muncul dalam novel Nayla berisikan tentang semangat, atau menyangatkan dan memantapkan. Pembaca dapat ikut merasakan semangat atau suasana-suasana yang terdapat dalam novel Nayla.

“Tapi kenapa kamu tak eka terhadap penderitan? Tidakkah kamu lihat dengan mata kepalamu sendiri bagaimana aku bekerja membanting tulang? Aku ingin kamu kuat karena di luar sana kehidupan begitu bangsat.” (Nayla, 2005: 7).

Dari contoh kutipan tersebut, pembaca dapat ikut larut bagaimana suasana saat ibu Nayla mengatakan hal itu pada Nayla.pembaca dapat merasakan bagaimana pengorbanan ibu Nayla untuk Nayla.

BAB VI

HUBUNGAN ANTAR UNSUR

Pada bab-bab sebelumnya, penelitian unsur-unsur novel dilakukan secara terpisah satu sama lain. Hal tersebut dilakukan untuk meneliti unsur-unsur novel secara lebih rinci. Akan tetapi, penelitian unsur-unsur novel yang terpisah, harus diikuti dengan penelitian hubungan antar unsur novel, karena sesungguhnya unsur-unsur novel tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak yrtpisahkan dan saling terkait satu sama lain.

Keterkaitan atau hubungan antar unsur di dalam novel Nayla dibahas satu persatu, yaitu hubungan tema dengan plot, tema dengan tokoh, tema dengan judul, tema dengan latar, plot dengan tokoh, plot dengan latar, plot dengan judul, tokoh dengan judul, serta tokoh dengan latar.

A. Hubungan Tema dengan Plot

Tema adalah ide pokok atau gagasan utama yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca. Untuk menyampaikan ide atau gagasan, pengarang harus menggunakan sebuah media, yakni pengarang harus menciptakan cerita yang terdiri dari berbagai peristiwa yang terjalin dalam hubungan sebab akibat (plot). Adanya peristiwa sebab akibat tersebut harus mutlak, supaya cerita lebih jelas dan tema dapat ditemukan. Sebaliknya untuk menemukan tema dapat dilihat melalui konflik-konflik yang menunjul yang merupakan bagian dari plot.

Tema novel Nayla adalah keluarga yang tidak harmonis dan kekerasan anak dalam keluarga serta peleceha seksual pada saat kecil mengakibatkan seorang anak melakukan penyimpangan-penyimpangan norma dan kenakalan remaja. Untuk membawa tema ini pengarang memuat cerita bahwa Nayla pada saat masih kecil sering mendapat perlakuan kasar dari ibunya dan berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Selain itu Nayla mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh pacar ibu Nayla. Dari hal tersebut muncul masalah-masalah yang membuat cerita terus bergerak.

Konflik di dalam novel Nayla yaitu dimulai dari konflik batin Nayla yang bimbang atas perasaannya yang diakibatkan keputusan Nayla untuk menutup-nutupi perbuatan Om Indra pada masa lalu. Akibat perbuatan Om Indra yang ditutupi Nayla, mengakibatkan Nayla tumbuh menjadi anak yang keras. Sifat keras Nayla diperoleh dari masa lalu Nayla yang kurang menyenangkan.

B. Hubungan Tema dengan Tokoh

Untuk menyampaikan ide atau gagasan utama, diperlukan pembawa gagasan yang berupa pelaku atau tokoh-tokoh cerita. Biasanya pembawa gagasan utma adalah tokoh-tokoh utama, sementara tokoh-tokoh lain merupakan tokoh lataryang memperkuat penokohan tokoh utama dan gagasan yang dibawanya.

Menurut Nurgiyantoro (2005: 74), tokoh-tokoh (utama) ditugasi menyampaikan tema yang dimaksudkan pengarang, baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu melalui tingkah laku, pikiran, perasaan, dan berbagai peristiwa yang dialami tokoh.

Tema keluarga yang tidak harmonis dan kekerasan anak dalam keluarga serta peleceha seksual pada saat kecil mengakibatkan seorang anak melakukan penyimpangan-penyimpangan norma dan kenakalan remaja. Dari tema tersebut, Nayla digambarkan sebagai korban dari ketidak harmonisan keluarga, kekerasan anak dan pelecehan seksual. Ketidak harmonisan keluarga disebabkan karena kedua orangtua Nayla berpisah saat Nayla masih dalam kandungan. Kekerasan anak sering dilakukan ibu Nayla terhadap Nayla dan pelecehan seksual dilakukan Om Indra saat masih kecil. Hal ini mengakibatkan Nayla sering melakukan kenakalan remaja dan pelecehan seksual.

C. Hubungan Tema dengan Judul

Judul merupakan elemen lapisan luar suatu fiksi. Oleh karena itu, ia merupakan elemen yang paling mudah dikenal oleh pembaca. Menurut Suminto (1988:7) ada yang beranggapan bahwa judul seharusnya memberikan gambaran makna suatu cerita. Judul biasanya mengacu kepada sejumlah elemen structural fiksi lainnya seperti mengacu kepada tema, latar, konflik tokoh, symbol cerita, akhir cerita dan sebagainya.Judul suatu cerita biasanya memberikan gambaran akan makna suatu cerita (Stanton, 1965: 25).

Tema novel Nayla yaitu keluarga yang tidak harmonis dan kekerasan anak dalam keluarga serta peleceha seksual pada saat kecil mengakibatkan seorang anak melakukan penyimpangan-penyimpangan norma dan kenakalan remaja. Judul novel Nayla merupakan penggambaran seorang tokoh yang mengalami peristiwa-peristiwa tersebut. Tokoh utama dalam novel Nayla yaitu Nayla, jadi tema tersebut menggambarkan kehidupan Nayla.

D. Hubungan Tema dengan Latar

Menurut Nurgiyantoro (2005: 75), latar merupakan tempat, saat dan keadaan sosial yang menjadi tempat tokoh melakukan dan dikenai suatu kejadian. Latar bersifat memberikan aturan permainan terhadap tokoh. Latar akan mempengaruhi tingkah laku dan cara berpikir tokoh dan karenanya akan mempengaruhi pemilihan tema. Sebaliknya, tema yang dipilih akan menuntut latar yang sesuai yang mampu mendukung.

Seperti yang disebutkan dalam novel Nayla, sudah tentu identik dengan keluarga. Secara umum keluarga pasti mempunyai sebuah rumah. Kenakalan remaja identik dengan Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika serta Polsek. Sedangkan penyimpangan norma memiliki latar di hotel dan diskotek.

E. Hubungan Plot dengan Tokoh

Menurut Kenny (1996: 95), plot pada hakikatnya adalah apa yang dilakukan oleh tokoh dan peristiwa yang terjadi dan dialami tokoh. Menurut Nurgiyantoro (2005: 172), plot adalah apa yang dilakukan tokoh dan apa yang menimpanya.

Di dalam novel Nayla, hubungan antara plot dengan tokoh dapat dilihat secara jelas. Tokoh Nayla mengalami kekerasan yang dilakukan oleh ibunya dan keluarga Nayla yang tidak harmonis karena ayah dan ibu Nayla berpisa saat Nayla masih dalam kandungan. Nayla mengalami pelecehan seksual yang dilakukan Om Indra, pacar ibu Nayla. Masa lalu Nayla yang suram, membuat Nayla tumbuh menjadi seorang anak yang keras dan anak yang bandel. Nayla melakukan tindakan criminal dengan merampok taksi. Nayla melakukan penyimpangan norma dengan berhubungan sesama jenis. Nayla selalu berganti-ganti pasangan laki-laki karena Nayla merasa dendam terhadap kaum laki-laki. Dendam Nayla terhadap Om Indra pada saat Nayla masih kecil.

F. Hubungan Plot dengan Judul

Judul merupakan elemen lapisan luar suatu fiksi. Oleh karena itu, ia merupakan elemen yang paling mudah dikenal oleh pembaca.

Hubungan plot dengan judul dalam novel Nayla menceritakan tentang kehidupan Nayla sekarang dan masa lalunya. Diceritakan bagaimana Nayla bias tumbuh menjadi anak yang keras. Hal ini disebabkan masa lalu Nayla yang suram. Dari semua bagian-bagian cerita dalam novel Nayla selalu menceritakan kehidupan Nayla. Hal ini sesuai dengan judul novel tersebur yaitu Nayla.

G. Hubungan Plot dengan Latar

Plot merupakan peristiwa yang mempunyai hubungan sebab-akibat di dalam cerita. Sedangkan latar adalah tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi tempat tokoh melakukan dan dikenai kejadian.

Berawal dari Nayla yang bekerja di Diskotek untuk biaya hidup setelah memutuskan untuk tidak tinggal dengan ibunya. Sebelum itu, Nayla masuk dalam Rumah Perawatan Anak Nakal dan Naekotika karena disanka memakai obat-pbat terlarang oleh ibu tirinya. Hal ini dikarenakan sikap Nayla yang aneh setelah ditinggal mati ayahnya. Selai bekerja di Diskotek, Nayla juga bekerja di hotel sebagai penari. Setelah kabur dari Rumah Perawatan Anak nakal dan Narkotika, Nayla tidak punya tujuan hidup dan biaya hidup. Untuk dapat mempunyai uang makan, Nayla dam teman-temannya berencana merampok taksi tetapi sopir taksi curiga dan membawa Nayla ke Polsek. Bekerja di Diskotek dan hotel, membuat nayla mempunyai cukup uanguntuk makan sehari-hari. Dari diskotek itulah, Nayla berkenalan dengan Juli yang menjadi kekasih perempuan Nayla. Juli sering menginap di kamar kos Nayla, mereka tidu bersama.

H. Hubungan Tokoh dengan Judul

Seperti yang telah ditulis di depan, bahwa judul berhubungan dengan keseluruhan cerita, salah satunya dapat dideskripsikan dengan tokoh cerita, yang berupa nama tokoh, sikap tokoh, dan watak tokoh. Judul Nayla dideskripsikan dengan tokoh utama yaitu Nayla. Dari novel Nayla sudah dapat diterka bahwa novel tersebut menceritakan tentang kehidupan Nayla.

I. Hubungan Tokoh dengan Latar

Tokoh-tokoh dalam sebuah cerita memerlukan ruang, saat, dan keadaan sosial tempat mereka melakukan atau mengalami sesuatu. Ruang, saat, dan keadaan social tersebut berpengaruh pula terhadap tokoh dan penokohan.

Tokoh-tokoh di dalam novel Nayla, khususnya tokoh utama yaitu Nayla selalu berada dalam bagiancerita. Dalam bagian tersebut selalu terdapat latar, misalnya diskotek, Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika, polsek, hotel, dan kamar kos. Dari setiap latar tersebut, tokoh utama selalu berada ditempat tersebut karena tokoh utama selalu berada dalam bagian cerita.

Tokoh Nayla mempunyai latar berasal dari keluarga yang tidak harmonis sehingga mempengaruhi sifat dan kepribadian Nayla. Juli yang mempunyai latar sosial yang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja tetapi Juli mempunyai perilaku yang menyimpang yaitu menyukai sesame jenis. Sedangkan Ben, berasal dari keluarga yang mampu sehingga Ben selalu memberikan Nayla hadiah.

Latar waktu yang bepengaruh terhadap tokoh yakni pada saat Nayla dimasukkan ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika, tepatnya pada 5 Agustus 1987. selain itu waktu subuh, saat di rumah perawatan. Saat Nayla mengungkapkan perasaan dan kabar untuk ibunya, 11 November 1989. kebiasaan Nayla dimalam hari yaitu mabuk

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Masalah-masalah yang terdapat dalam novel Nayla meliputi masalah kekerasan dalam keluarga, masalah pelecehan seksual, keluarga yang tidak harmonis, kenakalan remaja, dan penyimpangan norma.
  2. Tema dari novel Nayla yaitu keluarga yang tidak harmonis dan kekerasan anak dalam keluarga serta pelecehan seksual pada saat kecil mengakibatkan seorang anak melakukan penyimpangan-penyimpangan norma dan kenakalan remaja.
  3. Alur cerita novel Nayla merupakan alur regresif atau sorot balik atau flashback. Ditinjau dari segi akhir cerita beralur terbuka.
  4. Tokoh dalam novel Nayla meliputi Nayla sebagai (tokoh protagonis); Juli, Ibu, om Indra, Ayah, Ratu (tokoh tambahan yang mendukung tokoh utama)
  5. Latar tempat ada beberapa diantaranya Diskotek, Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika, Hotel, Polsek, dan kamar kos.
  6. Latar waktu dalam novel Nayla meliputi subuh, Jakarta 11 November 1989, Rabu, malam hari, dan Agustus 1987.
  7. Latar sosial tokoh Nayla berasal dari keluarga menengah atas tetapi tidak harmonis, Juli berasal dari kalangan sedang, Ben dari latar sosial yang tinggi.
  8. Judul Nayla mengacu pada toloh utama.
  9. Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang adalah sudut pandang campuran “aku” dan “dia”.
  10. Gaya bahasa meliputi hiperbola, sinekdoke pars prototo, personifikasi, dan perumpamaan.
  11. Nada yang terdapat dalam novel Nayla berisikan tentang semangat, atau menyangatkan dan memantapkan.
  12. hubungan antar unsur novel Nayla meliputi hubungan tema dengan plot, hubungan tema dengan tokoh, hubungan tema dengan judul, hubungan tema dengan latar, hubungan plot dengan tokoh, hubungan plot dengan judul, hubungan plot dengan latar, hubungan tokoh dengan judul, hubungan tokoh dengan latar.

B. Saran

  1. Untuk menganalisis sebuah karya sastra diperlukan waktu yang cukup lama dan memerlukan pemahaman yang mendalam supaya hasil dari analisis sastra sempurna sesuai dengan teori prosa.
  2. Tugas analisis karya sastra ini membantu mahasiswa untuk lebih oaham dan mengerti akan karya sastra, sehingga tugas ini perlu diberikan kepada setiap mahasiswa.
  3. Ilmu yang telah diberikan oleh Ibu H. Dra. Kadaryati, M. Hum kepada mahasiswa dan bimbingan yang diberikan sangat membantu mahasiswa dalam menyelesaikan analisis karya sastra.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Djenar Maesa. 2005. Nayla. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Kadaryati. 2001. Analisis Tema, Fakta Cerita dan Sarana Sastra Tanah Gersang Karya Mochtar Lubis. Fakultas Budaya Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Gadjah Mada University Press: Yoryakarta.

Tim Penyusun. 2002. PR bahasa Indonesia Kelas I SMU Tengah Tahun Kedua. Intan Pariwara: Klaten.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1990. Pengkajian Puisi. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Stanton, Robert. 1965. An Introduction to Fiction. Hot Rinechard and Wisto, Inc.: New York.

Abrams, M.H. A Glossary of Literature Terms. Holt, Rinehartand Winston: New York.


SINOPSIS

Nayla selalu mendapat perlakuan kasar dari Ibunya apabila Nayla ngompol, Vagina Nayla selalu ditusuk menggunakan peniti karena Nayla tidak berhenti mengompol. Selain itu, Nayla tetap dijemur di atas seng tanpa menggunakan alas kaki dan yang tidak bahagia. Orang tua Nayla berpisah saat Nayla masih dalam kandungan. Ayah Nayla meninggalkan Ibu Nayla tanpa mengurus surat perceraian. Dari kecil Nayla dibesarkan oleh Ibunya. Memasuki remaja, Nayla memutuskan untuk tinggal dengan ayahnya. Ibu nayla sangat marah dan kecewa dengan keputusan Nayla. Hanya dua bulan Nayla tinggal dengan ayahnya karena ayah Nayla meninggal dunia. Kematian ayahnya membuat nayla bersikap aneh sehingga Ratu, Ibu Tiri Nayla memasukan Nayla ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika karena dikira menggunakan obat terlarang.

Nayla kabur dari Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Hal ini membuat Ibu Lina, perawat di Rumah itu sangat kecewa dan marah. Selama di rumah perawatan itu, Nayla dekat dengan Ibu Lina. Setelah dapat kabur, Nayla mencari teman-teman Nayla selama di rumah perawatan itu. Nayla dan teman-temannya berencana merampok taksi. Sungguh malang nasib nayla, sopir taksi curiga lalu Nayla dan kawan-kawan dibawa ke Polsek. Setelah keluar dari Polsek dengan uang jaminan salah satu Ibu teman Nayla, Nayla menjadi gelandangan.

Nasib Nayla benar-benar mujur, dia dapat bekerja di diskotek sebagai juru lampu. Di diskotek itulah Nayla bertemu dengan Juli yang seorang perempuan. Mereka menjalin hubungan sebagai seorang kekasih. Selain Juli, Nayla juga mempunyai kekasih laki-laki bernama Ben. Bagi Nayla, Ben hanya dibuat untuk hit and run saja. Sebenarnya Nayla dendam dengan laki-laki karena Nayla selain di diskotek, Nayla kerap berkencan dengan laki-laki. Hal ini membuat Juli sangat cemburu.

Nayla kerap menulisan pengalaman pribadinya ke dalam sebuah cerpen. Cerpen Nayla sering gagal dan tidak dapat dimuat tetapi Nayla tetap semangat. Cerpen Nayla kebanyakan terisi tentang seksualitas. Ben, kekasih laki-laki Nayla selalu mengomentari cerpen nayla dengan nada yang sinis. Hal ini membuat Nayla sangat marah dan meraka kerap bertengkar. Suatu saat cerpen Nayla dapat dimuat dalam majalah. Nayla sangat senang tapi lain dengan Ibu Nayla. Dia merasa kecewa dengan tulisan Nayla karena cerpen Nayla dianggap menceritakan aib keluarga nayla. Semenjak cerpen Nayla dimuat, Nayla menjadi orang terkenal. Nayla sering melakukan interview seputar cerpen dan kehidupan Nayla. Kehidupan Nayla dianggap sangat menarik, selain sebagai perokok aktif, Nayla juga sebagai peminum. Mabuk merupakan kehidupan Nayla.

BIOGRAFI PENULIS NOVEL NAYLA

Djenar Maesa Ayu lahir di Jakarta, 14 Januari 1973. Djenar merupakan Ibu dari Banyu Bening dan Btari Maharani. Cerpen-cerpennya telah tersebar di berbagai media massa Indonesia seperti Kompas, the Jakarta Post, Republika, Koran Tempo, majalah cosmopolitan, dan Lampung Post.

Buku pertama Djenar yang berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet! Telah cetak ulang 8 kali dan masuk dalam nominasi 10 besar buku terbaik khatulistiwa literary Award 2008, selain juga akan diterbitkan dalam bahasa Inggris. Saat ini cerpen dengan judul yang sama sedang dalam proses pembuatan ke layar lebar. Cerpen “Waktu Nayla” menyabet predikat cerpen terbaik kompas 2003, yang dibukukan bersama cerpen “Asmoro” dalam antologi cerpen pilihan kompas itu. Sementara cerpen “Menyusu Ayah” menjadi cerpen terbaik 2003 versi Jurnal Perempuan dan diterjemahkan oleh Richard Oh ke dalam bahasa Inggris dengan judul “Sucking Father” untuk dimuat kembali dalam jurnal perempuan versi bahasa Inggris, edisi kolaborasi karya terbaik Jurnal Perempuan.

Buku keduanya, Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) juga meraih sukses dan cetak ulang kedua hanya dua hari setelah buku itu diluncurkan pada bulan Februari 2005. kumpulan cerpen ini berhasil neraih penghargaan 5 bsar khatulistiwa Literary Award 2004. Nayla adalah novel pertama Djenar yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.